Dalam beberapa waktu terakhir, pemerintah memberlakukan sejumlah kebijakan yang berkenaan dengan kenaikan harga. Antara lain, menaikkan harga jual elpiji 12 kilogram. Kemudian, penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL).
Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan sebuah potensi dan pemicu terjadinya inflasi. Meski demikian, ternyata, di Jabar, angka inflasi pada triwulan III tahun ini, justru cenderung turun. “Inflasi Jabar pada triwulan III tahun ini sebesar 6.08 persen. Angka itu lebih rendah daripada triwulan II 2014, yaitu sebesar 6.08 persen dan inflasi nasional sebanyak 4,53 persen,” ujar Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah VI Jawa Barat-Banten, Nita Yosita, belum lama ini.
Nita menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan inflasi Jabar periode triwulan III 2014 turun. Antara lain, ungkapnya, terkendalinya harga-harga pangan. Kondisi itu, terangnya, menunjukkan ketersediaan dan keterjangkauan pangan yang baik.
Pada triwulan III tahun ini, tuturnya, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok administrated prices. Besarnya, sebut Nita, mencapai 5,72 persen. Inflasi tersebut, imbuhnya, melebihi inflasi volatile food sebesar 3,27 persen. “Termasuk rendahnya inflasi volatile food itu sesuai dengan Hasil Survei Pemantauan Harga BI,” tukasnya.
Berkenaan dengan konsumsi, Nita mengemukakan, Survei Konsumen BI menunjukkan bahwa kondisi Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama 5 bulan terakhir stabil. Hal itu, sahut dia, ditopang oleh adanya optimisme masyarakat terhadap perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang positif. (ADR)