DIAN ONASIS
Penulis Non-Fiksi dan Cerita Anak
Memberikan ASI pada bayi untuk pertama kalinya, adalah perjuangan bagi seorang ibu. Karena pada prinsipnya, proses memberikan ASI ini harus merupakan hasil kolaborasi belajar menyusui oleh ibu, dan belajar menghisap ASI oleh si bayi. Keduanya sama-sama belajar. Tak jarang, jika ibu tidak kuat berjuang, maka ASI yang menjadi hak bagi bayi tak diterimanya dengan baik.
Pengalaman pribadiku mengajarkan, bahwa semangat memberi ASI tidak saja sekedar datang dari diri pribadi, namun harus mendapat dukungan dari pihak lain.
Berikut, beberapa tips yang dapat dijadikan referensi:
Seorang ibu, tentu menginginkan anak yang sehat,cerdas dan sholeh. Untuk itu, calon ibu harus gemar membaca dan mencari informasi seputar masalah ASI.
Seperti mempelajari cara me-massage payudara dan membersihkannya, serta info seputar asupan makanan yang baik untuk ibu yang menyusui. Termasuk rajin merapalkan doa pada anak yang baru lahir. Calon ibu yang akan menyusui, dapat meminta dukungan suami, rumah sakit serta keluarga, terkait pemberian ASI Eksklusif.
Misalnya, dengan meminta suami menjadi breastfeeding father (ayah yang mensupport proses pemberian ASI, ikut menjaga kesehatan ibu dengan berbagi tugas, serta banyak hal lain yang mendukung kenyaman ibu dan bayi), juga meminta pihak rumah sakit mendukung keinginan ibu memberikan ASI eksklusif termasuk proses Inisiasi Menyusui Dini serta Pemberian Kolostrum. Pihak rumah sakit jangan memberikan apapun pada bayi, termasuk air putih apalagi susu formula. Cukup ASI dari si ibu.
Sementara terhadap keluarga besar, disarankan memberikan gambaran pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi. Jika ada pihak keluarga, yang mendesak memberikan susu formula pada bayi baru lahir, maka si ibu harus menjelaskan, bahwa bayi cukup kuat bertahan 2-3 hari sembari menunggu ASInya keluar dengan baik dan cukup untuk bayi.
Menghadapi ibu baru yang mungkin secara emosi belum stabil, harus hati-hati dalam menginformasikan pentingnya ASI bagi bayinya. Tak jarang, jika cara memberitahu di waktu yang salah, justru membuat ibu baru tersebut tak suka dengan proses pemberian ASI, yang memang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan dari pihak ibu.
Secara umum, keberhasilan proses pemberian ASI pertama kali pada bayi, tidak saja datang dari diri pribadi si ibu, namun juga dukungan dari suami dan keluarga besar. Artinya, tak sekedar persiapan mental si ibu ketika akan memberi ASI yang perlu disiapkan, namun juga persiapan fisik secara personal dalam menghadapi kesulitan keluar ASI atau proses pemberian ASI untuk pertama kalinya, serta persiapan sikap terhadap lingkungan yang kurang mendukung pemberian ASI dengan alasan ASI tak ada atau kurang.
Jangan lupa, bahwa Allah menjanjikan banyak pahala dalam setiap tetes ASI yang dikeluarkan oleh seorang ibu kepada anaknya. Apalagi dilakukan di bulan Ramadhan, sebagai bulan yang penuh berkah. Jadi jangan pernah patah semangat dalam proses memberikan ASI untuk pertama kalinya.