Sulit Dapat Elpiji Warga Subang Kembali Gunakan Kayu Bakar

JABARTODAY.COM.: SUBANG- Akibat kesulitan mencari gas  LPG  3 kg sejumlah warga di beberapa daerah Kabupaten Subang saat ini banyak yang beralih ke kayu bakar untuk kebutuhan memasak sehari hari. Hal ini terjadi karena disamping terjadi kelangkaan stok juga harganya yang semakin mahal.

Berdasar informasi yang dihimpun di lapangan menyebutkan beberapa warga  di kecamatan Dawuan Kabupaten Subang, Selasa (22/5/12) sedang keliling mencari kayu bakar. Dalam seminggu ini  mereka setiap pagi keliling ke sejumlah lokasi mencari kayu bakar untuk kebutuhan memasak. Namun ada juga diantara mereka membeli dari tetangga yang mempunyai persediaan kayu bakar.

Mereka terpaksa beralih dari gas LPG ke kayu bakar karena saat ini lebih susah mencari gas dibanding kayu bakar. Oleh karena itu, mereka sementara lebih memilih menggunakan kayu bakar dulu sambil menunggu harga maupun pasokan gas LPG normal kembali.

“Saya masak pakai kayu bakar sudah seminggu ini, soalanya  gas susah, jauh nyarinya,  mana  lagi sekarang harganya mahal banget,” keluh  Yanti warga Desa Rawalele Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

Dia mengaku sudah hampir satu minggu menggunakan kayu kabar untuk memasak dirumahnya. Sedangkan mencari kayu bakar, tidak tentu waktunya. Apabila melihat persediaan kayu bakar sudah berkurang, dirinya atau suami mencari kayu bakar. “Malahan kalau ada waktu luang, bisa juga diisi dengan cari kayu bakar. Kebetulan di sekitar Jalan raya dawuan ada kebun karet yang diremajakan. Jadi kami cari dari sisa sisa akarnya,” ujarnya.

Pendapat sama dikatakan Usman warga Dawuan Kaler. Dia mengaku kompor gas miliknya sudah tidak digunakan lagi. Sebab pada saat gas langka dan harganya mahal, dirinya membuat tungku dan menggunakan kayu bakar untuk kepentingan memasak.

“Sekarang seminggu dua kali mencari kayu bakar. Untungnya ada lahan perkebunan bekas penebangan pohon karet, sisa sisa akar yang tidak terpakai masih bisa kami gunakan. Jadi kami tidak sudah mendapatkan kayu bakar,” ujarnya.

Hal sama dilakukan Ati warga Desa Ciracas, Kecamatan Cipeundeuy. Sebab di warung langganan tempat membeli gas eceran sudah lama tidak punya stok. Selain beralih menggunakan kayu bakar, saat ini banyak juga warga menggunakan lagi tungku yang dulu disebut “Kompor SBY”. Padahal ketika gas 3 kg banyak, kompor itu sudah ditinggal dan tidak digunakan. Namun begitu gas langka mulai digunakan lagi.

“Tungku yang disebut kompor SBY itu hemat kayu bakar, sekali memasak hanya memerlukan dua potong kayu bakar. Jadinya jauh lebih murah dibandingkan menggunakan gas elpiji,” ujarnya.  [alfian]

Related posts