Menikmati Malam Ditemani Surabi Uhsin

(FOTO: ISTIMEWA)

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Suasana Bunderan Cibiru, Bandung, Sabtu (6/10) menjelang tengah malam tampak sepi. Suasana semakin hening karena kala itu hujan mengguyur Kota Kembang.

Di tengah hujan yang tak segera reda, di sudut kiri Bunderan Cibiru terlihat segerombolan orang berkumpul melingkar. Ada yang duduk berderet di kursi dan ada pula yang duduk lesehan. Mereka duduk berhadap-hadapan dengan tungku yang menyala. Kehangatan terlihat di lokasi itu. Selain rasa hangat datang dari api yang menyala di tungku, keakraban di antara mereka sangat kentara. Suasana egaliter mengemuka.

Suasana begitu wajar muncul. Pasalnya, kendati hujan mengguyur Bandung begitu deras, itu justru menambah kenikmatan berada di lokasi itu. Sambil siduru menghangatkan badan, cemilan khas Tatar Pasundan, surabi yang diolah di atas tungku, menemani cuaca dingin malam itu. Sembari melahap surabi panas yang langsung diambil dari adonan di atas tungku, suguhan air teh hangat yang disajikan Uhsin (61), sang pedagang surabi, menambah nikmatnya berada di lokasi itu.

Saat JABARTODAY.COM berbincang dengan Uhsin, pria perantau dari Bantarujeg, Majalengka itu mengungkapkan, dia berjualan surabi di Bunderan Cibiru sejak 1996 lalu. Tak heran jika Surabi Uhsin di Bunderan Cibiru, begitu terkenal di kawasan Bandung Timur.

“Yang membeli surabi ke sini bukan hanya datang dari seputar Bunderan Cibiru, tapi juga datang dari Panyileukan, Ujungberung, Cileunyi, bahkan hingga Jatinangor dan Tanjungsari. Selain itu, pelanggan setia yang datang sesekali, juga banyak yang berasal dari luar kota. Mereka yang kebetulan baru pulang dari Kota Bandung menuju kampung halaman, seperti dari  Sumedang, Garut, Ciamis, dan daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, selalu menyempatkan diri untuk singgah di warung lesehan ini,” kata Uhsin.

Menurut Uhsin, jika tengah ramai-ramainya pelanggan datang ke lokasi itu, dia bisa menghabiskan 20 kilogram tepung beras, 20 kilogram telur ayam, dan 24 lempeng oncom dalam satu malam.

“Pendapatan kotor dalam semalam bisa mencapai dua juta rupiah. Namun, itu jika tengah ramai. Bila kondisi agak sepi, ya untuk pendapatan kotor sampai satu juta rupiah bisa diraih,” kata Uhsin.

Mengenai resep surabi yang diolah Uhsin, pria murah senyum ini menuturkan, resep surabi olahannya tak berbeda dengan surabi lain. Yang jelas, kata dia, adonan surabi harus pas. Jika tidak, surabi khas Uhsin yang jadi trademark cemilan ini tak akan hadir.

“Memilih oncomnya pun jangan serampangan. Kualitas tetap diutamakan. Harumnya aroma alami oncom hangat yang ditabur di permukaan surabi jangan sampai hilang,” imbuh Uhsin. (DEDE SUHERLAN)

 

Related posts