JABARTODAY.COM – BANDUNG
Memasuki era pasar bebas, secara otomatis, tingkat persaingan menjadi lebih ketat. Itu terjadi tidak hanya pada berbagai produk, tetapi juga sumber daya manusia. Persaingan menjadi semakin ketat mengingat pada 2016, Indonesia terlibat dalam kesepakatan kerjasama ekonomi, yakni Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Menyikapi hal itu, Dewan Juri Marketeers Festival 2014 Waizly Darwin tidak membantah bahwa persaingan pasar semakin ketat. Karenanya, lanjut dia, butuh skema dan pola pemasaran yang jitu agar para pelaku usaha di negara ini, minimalnya, mampu bertahan, dapat lebih berkembang, dan berdaya saing. “Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian pelaku bisnis di Indonesia, mulai level mikro, hingga besar,” ujar Waizly, di Trans Luxury Hotel, Selasa (6/5/2014).
Antara lain, sebutnya, global standard, yaitu bagaimana pelaku usaha memiliki sistem manajemen dan produk yang berstandar global. Kemudian, lanjut Waizly, harus menerapkan pola Regional Perspectif. Artinya, terang dia, pelaku usaha harus memiliki strategi ampuh, tidak hanya soal produk, tetapi juga pasar regional. Hal itu, tambahnya, juga bertujuan agar lebih berdaya saing.
Selanjutnya, tuturnya, adalah Local Champions. Maknanya, terang dia, pelaku usaha harus memiliki keinginan kuat untuk menjadi yang terbaik pada level lokal alias pasar domestik. Karenanya, agar menang dalam persaingan, Waizly berpendapat, para pelaku bisnis wajib memanfaatkan setiap peluang. Termasuk, sahut dia, memaksimalkan sistem telekomunikasi informatika, misalnya, mengoptimalkan keberadaan sistem online.
“Sistem online dapat menjadi strategi marketing yang ampuh. Untuk itu, saya kira, seluruh pelaku bisnis, baik sektor usaha mikro, kecil, menengah, maupun besar, sebaiknya memanfaatkan keberadaan dan perkembangan TI. “Jika tidak memperhatikan ketiga hal itu, saya kira, sulit bagi pelaku usaha di Indonesia untuk lebih bersaing pada era pasar bebas, termasuk AEC 2016,” pungkasnya. (ADR)