PT LEN Butuh Suntikan Dana Rp 1,25 Triliun

jabartoday.com/net
jabartoday.com/net

JABARTODAY.COM – BANDUNG — Tidak dipungkiri, permodalan merupakan unsur penting dalam menjalankan roda bisnis. Karenanya, tidak heran, apabila banyak korporasi, termasuk berskala besar milik BUMN, masih memerlukan suntikan modal. Adalah PT LEN Industri yang menjadi satu di antaranya.

Direktur Utama PT LEN Industri, Abraham Mose, pihaknya, yang hingga kini, beraset Rp 2,7 triliun, pada tahun ini, mencanangkan laba bernilai besar. Angkanya, sebut dia, melebihi Rp 200 miliar. Untuk merealisasikan rencana tersebut, Abraham mengutarakan, pihaknya perlu meningkatkan produktivitas.

“Karenanya, kami mengajukan bantuan kepada pemerintah berupa suntikan dana senilai Rp 1,25 triliun selama 4 tahun atau hingga 2019,” tandas Abraham, pada sela-sela kunjungan Kepala Staf Kepresidenan, Luhut Binsar Panjaitan, di PT LEN Industri, Jalan Soekarnohatta Bandung, belum lama ini.

Diutarakan, seandainya ada Penanaman Modal Nasional (PMN), pihaknya dapat mencatat income yang besar. Menurutnya, angkanya dapat mencapai Rp 996 miliar. Menjadi sebuah hal yang membuat pihaknya senang, kata Abraham, seandainya, pemerintah siap mengucurkan dana bantuan modal kerja melalui PMN.

Abraham mengatakan, periode 2015-2019, pihaknya memiliki kontrak bernilai Rp 5,5 triliun. Kontrak-kontrak itu, ungkapnya, antara lain pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di beberapa titik, yaitu Kupang berkapasitas 5 Mega Watt (MW), Lombok sebesar 14 MW, dan Bangka Belitung sejumlah 13 MW.

Tentunya, ucap dia, realisasinya bukan perkara mudah. Pasalnya, jelas, pembangunan PLTS-PLTS itu butuh dana besar. Pihaknya, kata dia, hanya menyiapkan dana investasi Rp 1,7 triliun. Artinya, jelas dia, angkanya masih lebih kecil daripada nilai investasi kebutuhannya.

Diutarakan, apabila memperoleh PMN, pihaknya mengalokasikan dan menggunakan dana itu untuk beberapa pekerjaan. Semisal, sebut dia, pembangunan industri solar modul, industri pertahanan radar nasional, dan transportasi. Selain itu, kata dia, juga membangun pabrik silika, bahan baku pembuat modul solar cell.

Kebutuhan dana pabrik silika senilai Rp 800 mliar. Sejauh ini, ucap dia, pihaknya harus mengimpor silika. “Kalau kami memiliki dan mengoperasikan pabrik silika, biaya produksi modul solar cell lebih efisien 50 persen,” tutupnya. (ADR)

Related posts