Praktik plesiran pejabat Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ke luar negeri dengan dalih studi banding mendapat tanggapan keras dari civitas akademika UPI.
Guru Besar Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan (FPTK) UPI, Prof. Dr. Syaom Barliana menegaskan, perjalanan ke luar negeri dalam rangka go-internasional diperlukan sejauh memiliki bisa dipertanggungjawabkan dan memiliki manfaat bagi pengembangan dan kemajuan kampus.
“Bagi saya, perjalanan ke luar negeri itu suatu hal yang penting, dalam rangka internasionalisasi perguruan tinggi (UPI). Persoalannya, karena perjalanan dinas tersebut menggunakan uang negara, maka harus ada akuntabilitas publik, tentang apa yang dilakukan di luar negeri tersebut,” ujar Prof Syaom Barliana kepada Jabartoday.com, Jumat (22/02/2013) .
Pihaknya tidak setuju bila perjalanan ke luar negeri hanya sekedar untuk studi banding seperti anggota DPR yang banyak mendapat reaksi keras dari masyarakat.
“Saya tidak setuju, kalau perjalanan luar negeri dilakukan hanya dalam rangka studi banding seperti anggota DPR, misalnya. Kalau hanya studi banding, komunikasi lewat internet melalui email, teleconference, media online, dan berbagai saluran komunikasinya bisa dilakukan,” ujarnya.
Tapi, tegas Prof. Syaom, kalau perjalanan itu dilakukan dalam rangka peningkatan kerjasama internasional, misalnya untuk melakukan joint research, international conference, publikasi bersama, pertukaran dosen dan mahasiswa, pengembangan kurikulum, dan kerjasama akademik lainnya, pihaknya memandang hal ini sangat diperlukan.
“Oleh sebab itu, apakah terjadi pemborosan anggaran dalam perjalanan dinas pimpinan dan atau dosen UPI, harus dilihat dari urgensinya tersebut. Jadi harus dicek, berapa biaya yang dikeluarkan dengan nilai balikan manfaat yang diperoleh. Nah saya tidak tahu, bagaimana laporan akuntabilitasnya. Mungkin ada audit keuangan dan program yang dilakukan tentang perjalanan dinas ini, mungkin ada laporan ke MWA, saya tidak tahu. Yang saya tahu, sebagai contoh, Dekan lama FPTK UPI (periode 2007-2012), sering melakukan perjalanan ke luar negeri, tapi saya belum pernah dengar (dalam rapat fakultas, misalnya) laporan tentang hasil-hasil kunjungan tersebut,” ujar salah seorang Guru Besar UPI yang produktif menulis di media massa. (zam)