Pertarungan estetika atau ide kekaryaan dan eksekusi dari ide seniman masih menjadi yolak ukur pennjurian. Hal itu mengemuka dalam konferensi pers yang digelar sebelum Awarding Night, pada Sabtu, 24 Maret 2012, sore Dewan Juri Bandung Contemporary Art Award (BaCAA) #2, yaitu Syakieb Sungkar, Rifky Effendy, Wiyu Wahono, Carla Bianpoen serta Prilla Tania dan Eddy Susanto sebagai perwakilan 25 finalis BaCAA #2.
Dalam proses penjurian tahap 1 sampai yag terakhir Syakieb Sungkar mengatakan bahwa “Dalam penjurian BaCAA #2 kita tidak hanya sudah akrab antarjuri tetapi lebih mudah karena masing-masing juri sudah ditemukan pattern penjurian dan mungkin selera yang sama.”
Prosentase karya yang masuk ke dalam BaCAA #2 ini dominan karya-karya new media art seperti video dan fotografi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh pemenang juara pertama BaCAA #1 adlh karya video art.
Secara umum dari 485 peserta yang mendaftarkan diri, lalu diseleksi menjadi 46 nominator dan 25 finalis, hingga 3 perupa dengan karya terbaik memang banyak karya-karya yang cukup memberikan kebaruan dalam hal eksplorasi ide, estetika dan eksekusi karyanya. Dari total jumlah karya yang masuk menjadi peserta sekitar 10 prosennya adalah perupa yang sudah dikenal di pasar seni rupa.
Wiyu Wahono lebih lanjut mengatakan bahwa karya para perupa yang lolos seleksi BaCAA menunjukkan peningkatan prestasi yang signifikan bagi perupa muda karena BaCAA sudah seperti “recommended lable” buat apresiasi pasar.
Namun demikian, Eddy Susanto, salah satu finalis dari Yogyakarya, menyatakan bahwa dirinya merasa nyaman mengikuti kompetisi seni rupa ketimbang pameran seni rupa. “Saya merasa lebih benyak mendapat pengalaman dengan mengikuti kompetisi daripada pameran yang cenderung saling menjatuhkan,” kata Eddy Susanto. Pada malam penganugerahan Andonowati, inisiator BaCAA beserta para dewan juri mengumumkan para pemenang karya terbaik dari 24 finalis BaCAA#2.
Pemenang terbaik pertama dengan hadiah 100 juta rupiah adalah karya video yang berjudul ”Eat Like Andy” oleh Yusuf Ismail dari Bandung yang cukup dikenal dengan karya instalasi video di beberapa even pameran dgn medium video. karya terbaik kedua adalah lukisan berseri yang berjudul ”Java of Durer” oleh desainer grafis dari Yogyakarta, Eddy Susanto. Terbaik ketiga karya seni instalasi-interaktif berjudul ”Autism Spectrum” oleh Bagus Pandega dari Bandung, terbaik urutan ke-4 adalah ”Laura in Paradise” oleh Octora Chan juga dari Bandung. Dari empat perupa terbaik yang diumumkan, 3 di antaranya diboyong oleh perupa Bandung, kecuali pemenang terbaik kedua dari Yogyakarta, yaitu Eddy Susanto. (arg)