Permainan Tradisional Pecahkan Rekor Dunia

JABARTODAY.COM – SUBANG Empat permainan tradisional yang dimainkan 1000 lebih siswa di Desa Cibuluh, Kecamatan Tanjung Siang, Kabupaten Subang, Senin (7/10), memecahkan rekor dunia. Rekor dunia RHR yang tercipta, diantaranya permainan kolecer tradisional, permainan sarung, salam sabrang, serta tarian permainan anak tradisional.

Keempat rekor ini dimainkan dihadapkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil beserta istri, Atalia Praratya, Bupati Subang M Ruhimat, Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar Andreas Wijanto, serta Muspida Kabupaten Subang dan masyarakat Tanjungsiang Subang.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil berkesempatan mengawali pemecahan rekor RHR itu dengan memainkan kolecer yang kemudian diikuti 1000 siswa dan masyarakat lainnya. Setelah itu, berturut-turut permainan lainnya, yakni permainan babalonan sarung dan salam sabrang. Untuk kedua permainan ini, Ridwan Kamil bersama Atalia berkesempatan bermain bersama.

“Hari ini ada beberapa permainan tradisional menciptakan rekor dunia. Ini harus menjadi perhatian kalangan orangtua, bahwa permainan tradisional memiliki nilai dan makna serta edukasi untuk anak-anak,” ujarnya.

Emil, sapaan akrab orang nomor satu di Jawa Barat ini, mengatakan, kegiatan ini bukan soal pemecahan rekornya, tapi bagaimana masyarakat terutama kalangan orang tua memperhatikan anak-anaknya dalam bermain. Saat ini, banyak anak-anak yang sudah mengemari dan mencintai permainan dalam gadget (game online), dan meninggalkan permainan tradisional.

Berita Terkait

Dikatakan Emil, sudah menjadi komitmen pemerintah dan DPRD Jabar dalam pemajuan kebudayaan berbasis tradisional, seperti permainan tarian tradisional di Desa Cibuluh.

“Permainan anak sekarang hanya bertumpu pada jempol belaka, berbeda dengan permainan tradisional yang membutuhkan kebersamaan, keberagaman, kerjasama dan kekompakkan sehingga memunculkan nilai nilai sosial di masyarakat,” urainya.

Emil menerangkan, pihaknya mempunyai program Jabar Masagi yang didalamnya ada kebudayaan lokal  tanpa doktrin, namun melalui permainan anak yang digelar, lagunya banyak makna yang mengandung berbagai filosofi.

“Semua di Jawa Barat mirip mirip ada sungai, ada curug, ada gunung, ada budaya, digabung bikin orang betah tinggal, tinggal dilihat representatif atau tidak, layak untuk dikunjungi atau tidak, itu yang akan kita perbaiki,” pungkasnya. (*)

Related posts