Rumah Tapak Lebih Diminati Masyarakat Daripada Rumah Susun

Rumah susun yang tak banyak diminati masyarakat kota (dok.pupr)

JABARTODAY.COM – Kecenderungan pemukiman masyarakat perkotaan di negara maju cenderung menuju pada model vertikal. Untuk itu pemerintah telah menyediakan 20 ribu rumah vertikal untuk kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Namun sayangnya masyarakat Indonesia lebih menyukai rumah tapak (landed house) sebagai tempat tinggal mereka.

Pendaat itu disampaikan Dirjen Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Syarif Burhanuddin, di Jakarta (30/9), terkait pembangunann perumahan di perkotaan. Dia mengatakan, masyarakat di kota-kota harus dibudayakan tinggal di perumahan vertikal.

Syarif mengatakan, Kementerian PUPR telah menyediakan 20.000 unit rumah vertikal untuk masyarakat berpenghasilan rendah, namun umumnya masyarakat menginginkan rumah tapak (landed house).

“Salah satu soal yang dihadapi adalah budaya selama ini tinggal di landed ke vertikal. Kalau dilihat sebenarnya rusun itu apartemen juga, tapi kok biasa saja, padahal sama. Ini budaya yang harus dibesarkan,” kata dia, di Kantor Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri.

Di negara maju, seperti Singapura, pada awalnya memaksa penduduknya tinggal di rumah vertikal namun sekarang sudah tidak ada masalah.  Jika masyarakat kalangan menengah-bawah biasa tinggal di rumah vertikal maka ruang terbuka hijau makin luas.  “Kecenderungannya negara maju seperti di Washington, Amerika Serikat, rumah orang kaya justru di pinggir kota. Saya kira suatu saat kota akan semakin berkembang,” kata dia.

Pola pemukiman yang masih menyukai rumah tapak itu menyebabkan program sejuta rumah bagi rakyat berpengahsilan rendah itu hingga kini belum tercapai. Kementerian PUPR mencatat capaian kinerja Program Satu Juta Rumah per 22 September 2017 telah mencapai 623.344 unit rumah siap huni. (jos)

Related posts