
JABARTODAY.COM – BANDUNG
Peminat buku pasti kenal nama yang satu ini, Hernowo Hasim. Buku yang ditulis Hernowo seperti Mengikat Makna, Andaikan Buku Itu Setangkai Pisang, Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza, Quantum Reading, Quantum Writing, dan Spirit Iqra adalah sebagian dari 35 buku yang ditulis pria kelahiran Magelang ini sejak 2001 sampai 2012.
Pergaulan yang begitu intens antara Hernowo dengan buku memang layak diapresiasi. Dalam rentang 10 tahun terakhir, energi dan pikiran dia tercurah untuk menggugah minat baca masyarakat. Selain menulis buku, Hernowo mengajar di sekolah umum, mengisi training dan motivasi penulisan, dan mendirikan klinik penulisan.
Berdasarkan realitas itu, sangat beralasan jika Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jawa Barat pada tahun ini menganugerahi Ikapi Award kepada pria jebolan ITB itu. Ikapi Jabar menyerahkan anugerah itu saat pembukaan Pameran Buku Bandung 2012, di Gedung Landmark Convetion Hall, Jl. Braga Bandung, Selasa (2/10).
Sewaktu JABARTODAY.COM berbincang dengan Hernowo di sela-sela perhelatan pameran, Kamis (4/10), Hernowo mengungkapkan, dia berterima kasih atas penghargaan yang disampaikan oleh Ikapi Jabar.
“Mungkin, itu adalah apresiasi dari Ikapi Jabar terhadap kiprah saya dalam mengembangkan minat baca. Kendati begitu, semua kiprah yang dilakukan oleh saya selama ini, tidak dicita-citakan untuk mendapat penghargaan. Hasrat saya untuk menulis buku dan mengembangkan minat baca masyarakat adalah panggilan jiwa. Itu adalah perwujudan dari rasa syukur saya terhadap beragam kenikmatan yang telah diberikan oleh-Nya,” ujar Hernowo.
Hernowo mengungkapkan, dorongan untuk menulis buku berawal dari kesenangannya membaca. Spiritnya untuk membaca semakin bertambah karena iqro, seperti difirmankan Allah Swt, adalah salah satu kewajiban manusia.
“Berawal dari membacalah saya memiliki tekad kuat untuk menulis. Jika kita memiliki minat membaca yang kuat, itu berefek luar biasa untuk menumbuhkan minat menulis. Bahkan, minat untuk menulis semakin bertambah saat membaca pernyataan salah satu psikolog yang menyebutkan bahwa menulis itu menyembuhkan. Itu saya rasakan sendiri. Saat menulis, jiwa, pikiran, dan tubuh saya terasa enjoy dan rileks,” ujarnya.
Dikatakan Hernowo, dia selalu berupaya untuk mengisi hari-harinya dengan kegiatan membaca dan menulis. Tak seperti sebagian penulis yang memiliki waktu khusus menulis, seperti pada malam hari atau dini hari, Hernowo menjalani profesi kepenulisan ibarat mengalir seperti air.
“Bila saya ingin menulis, maka saat itu juga saya menulis. Saya tidak ingin terkungkung oleh target bahwa saya harus memiliki jadwal khusus untuk menulis. Begitu pun saat menulis sebuah buku, biasanya penulisan sebuah buku saya cicil dalam waktu bulanan hingga tahunan,” ujarnya.
Kecintaan Hernowo untuk membaca dan menulis buku memang luar biasa. Saat anak pertamanya menikah pada Mei lalu, dia menghadiahkan kado istimewa kepada putra tercinta, buku berjudul Menanam Pohon di Surga.
“Berawal dari buku cakrawala dunia terbuka. Sampai kapanpun membaca dan menulis buku tak akan terpisahkan dari diri saya. Saya begitu mencintai buku,” imbuh Hernowo. (DEDE SUHERLAN)