P2TP2A Jabar: Ciptakan Media Ramah Anak dan Perempuan


Ketua P2TP2A Provinsi Jawa Barat, Netty Prasetyani Heryawan, saat mengisi acara “Workshop tentang Penyiaran/Pers yang Beretika dan Berwawasan Gender”, di aula KPID Jabar, Bandung, Senin (10/10).

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Perempuan dan anak korban kekerasan kerapkali tidak mendapat empati yang memadai dari media massa.  Bahkan, media massa kerap menjadikan mereka sebagai sumber ekploitasi seksual, kekerasan dan bisnis. Karena itu, perlu ada sinergi yang berkelanjutan agar masyarakat bisa menikmati informasi yang ramah dan berpihak pada nasib anak dan perempuan.

Harapan itu disampaikan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat, Netty Prasetyani Heryawan saat mengisi acara “Workshop tentang Penyiaran/Pers yang Beretika dan Berwawasan Gender”, di aula KPID Jabar, Jl. Malabar 62 Bandung, Senin (10/10).

“Posisi media sangat strategis dalam mengarahkan persepsi audience-nya. Pemberitaan yang tak berempati pada korban akan menyulitkan pemberdayaan kelompok marginal seperti perempuan dan anak.  Melalui pemberitaan media, masyarakat akan menilai hanya berdasarkan isi wacana yang disampaikan media yang acapkali lebih menekankan nilai komersil atau hiburan bagi audience-nya,” ungkap Netty.

Ia menjelaskan, perempuan merupakan kelompok masyarakat yang selama ini tersisih dan kerap mengalami tindak kekerasan karena konteks sosial-budaya masyarakat yang patriarkal. Begitu juga dengan nasib anak-anak Indonesia.

“Anak-anak juga merupakan kelompok masyarakat yang rentan mengalami eksploitasi dan kekerasan. Kita semua, aktifis LSM peduli anak dan perempuan, termasuk media mesti bersinergi dan berjuang bersama-sama agar harkat dan martabat kaum perempuan dan anak mendapat perlindungan yang memadai,”  ujarnya.

Netty berharap kehadiran media massa yang ramah dan empati terhadap nasib perempuan dan anak sangat diperlukan agar kekerasan yang menimpa perempuan dan anak bisa diminimalisir.

“Peliputan media akan bermakna positif dan konstruktif, bila  misalnya, media mengisahkan nasib perempuan yang pernah menjadi korban kekerasan, setelah mendapat pembinaan, lalu sukses merintis usaha dan memulai hari-hari masa depannya dengan baik, ” ujar Netty menambahkan.

Ubah Paradigma

Lebih lanjut Netty mengungkapkan bahwa selama ini perempuan dipandang sebagai komoditas yang  mendatangkan keuntungan material.  Padahal, tegasnya, di tangan perempuanlah  peradaban umat manusia ini dimulai.

“Perempuan selalu dipandang sebagai obyek yang bisa menghasilkan keuntungan material dan hanya dilihat dari sisi imaji patriarki yang memandang perempuan dari sisi kecantikannya saja. Padahal, dari rahim mereka, umat manusia lahir, dididik dan dibesarkan,”  tutur Netty yang juga istri Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Pada konteks ini, tegas Netty, kaum perempuan mengalami proses dehumanisasi, yakni tercerabutnya nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada diri perempuan hanya demi keuntungan material.  Kondisi ini mesti diubah agar perempuan menjadi dirinya sendiri dan menjadi penyangga bagi tegaknya pilar peradaban manusia yang lebih beradab dan berkeadilan gender. (Fahrus  Zaman Fadhly)

 

Related posts