JABARTODAY.COM – BANDUNG
Menyusul mentoknya pertemuan penentuan
besaran tarif pembayaran air antara Tim Negosiasi yang berasal dari perwakilan warga Manglayang Regency dengan Wika Realty dan PT Amartha , rencananya pertemuan akan kembali digelar pada Rabu (26/9) mendatang. Diharapkan, dalam pertemuan itu sudah ada kesepakatan besaran tarif harga pembayaran air.
Pengelola PT Amartha Sejahtera Cabang Bandung, Abdurachim Santosa, mengatakan, pihaknya tidak ngotot mempertahankan kenaikan harga. Dia berkilah, untuk menetapkan kenaikan tarif, dia telah berkonsultasi dengan PT Amartha pusat.
“Kami bukan dalam posisi mempertahankan kenaikan harga yang sudah ditetapkan. Namun, kenaikan harga itu juga bertujuan untuk meningkatkan pelayanan, seperti pemeliharaan jaringan, penambahan debit air, penggantian water meter,” ucap Abdurachim, seusai pertemuan dengan Tim Negosiasi.
Penanggung Jawab Wika Realty untuk pengembangan Tamansari Manglayang Regency, Atty Widiyanti, menuturkan, ditunjuknya PT Amartha dalam pengeloaan air di depelover Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen.
“Kami akui, saat pengelolaan air dilakukan oleh Wika belum dilakukan secara maksimal. Namun, setelah pengelolaan air full diserahkan kepada Amartha, sedikit demi sedikit peningkatan pelayanan kepada konsumen bisa dilakukan,” ujarnya.
Saat ditanya sejauh mana kesepakatan yang dilakukan oleh Wika Realty dengan PT Amarta dalam pengelolaan air, Atty menyebutkan, semua hal ikhwal yang terkait dengan pengelolaan air, termasuk kenaikan harga, diserahkan kepada Amartha.
“Bukan hanya langkah untuk menaikkan harga, hal-hal lain yang berkaitan dengan pengelolaan air di Manglayang Regency sudah diserahkan kepada PT Amartha,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu warga Manglayang Regency, Dedi Nugraha (33), menuturkan, Wika Realty dan PT Amartha hanya mengulur-ulur waktu.
“Saya menginginkan waktu yang ada bisa dioptimalkan. Tidak usah berbelit-belit. Saya sudah bosan dengan cara-cara seperti ini. Kesan yang menyebutkan bahwa Wika Realty dan Amartha memutuskan kenaikan harga secara sepihak, benar adanya,” ujar Dedi yang juga menjadi Wakil Ketua Tim Negosiasi.
Menyinggung adanya anggapan bahwa Wika Realty mau cuci tangan terhadap persoalan pengelolaan air, Dedi mengungkapkan, itu tak bisa dielakkan lagi.
“Dari langkah-langkah penentuan kenaikan tarif air yang diserahkan kepada Amartha menunjukkan, Wika tak lagi ikut terlibat banyak dalam menetapkan kebijakan itu. Itu sangat kontradiktif dengan komitmen awal saat pembelian rumah dengan Wika. Saat itu disebutkan, Wika bertanggung jawab terhadap penyediaan air untuk warga. Bahkan dalam komitmen itu disebutkan bahwa sumber air untuk warga berasal dari artesis, bukan mengambil dari sumber air Palintang seperti yang dilakukan saat ini,” beber Dedi. (DEDE SUHERLAN)