Mental Lexicon ‘Bermain’ dalam Kasus LBP

Andre Anugrah, Mahasiswa Doktoral Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia dan Staf Pengajar di Prodi Sastra Inggris Universitas Bina Sarana Informatika

Andre Anugrah

Kasus pelaporan pencemaran nama baik yang dilaporkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) terhadap dua aktivis HAM Haris Azhar (HA) dan Fatia Maulidiyanti (FM) terus bergulir hingga hari ini. Esensi pencemaran nama baik ini diutarakan oleh pengacara pelapor Juniver Girsang terdapat pada penggunaan kata “bermain” dalam frase Luhut bermain atau Luhut ada bermain atau pada kalimat Luhut ada bermain tambang di Papua.

Sebagai seorang peneliti bahasa yang memiliki minat besar dalam pemaknaan kata menggunakan teori Semantik Alami Meta Bahasa, saya tertarik untuk mengelaborasi dan eksplikasi makna melalui frase-frase reduktif yang menggunakan semantic primitives atau mental lexicon. Semantic primitives sangat memadai dalam pemaknaan suatu kata maupun frase tingkat lexical semantics yang kaya akan makna namun bisa melahirkan ragam interpretasi yang bisa rancu.

Oleh karena itu saya tidak setuju jika makna “bermain” dikonstruksi melalui pisau analisis presuposisi (praanggapan) baik di tingkat leksikal maupun struktural, ataupun menggunakan teori implikatur yang bisa melahirkan aneka bias dalam hasil pemaknaan yang sangat tergantung pada siapa yang menganalisis. Semantik meta-bahasa memiliki objektifitas yang tinggi karena pemaknaan kata akan bersifat murni, dimengerti secara mental dan universal, terperinci dan bisa dijustifikasi secara korpus linguistik.

Kata “bermain” dalam kalimat Luhut bermain atau Luhut ada bermain atau pada kalimat Luhut ada bermain di tambang Papua memiliki 3 model struktur gramatikal, yakni:  Pertama, Luhut bermain (subyek + kata kerja intransitif), Luhut ada bermain (subyek+ ekspletif + kata kerja intransitif), Luhut bermain di tambang papua (subyek + kata kerja transitif + kata keterangan tempat). Dua kalimat pertama bersifat ambigu atau rancu di mana makna bermain akan menggeluyur kemana-mana karena ia tidak diikat oleh obyek. Jika saya katakan Andi bermain, apa yang orang awam bisa tafsirkan dari kalimat tersebut? Andi bermain sesuatu? Andi bermain permainan daring? Andi tidak sedang melakukan apa-apa?

Dari data korpus linguistik (silakan rujuk https://korpusindonesia.kemendikbud.go.id) saya menemukan ratusan korpora yang menjelaskan kata bermain, dan semuanya harus diberi obyek yang disertai komplemen sehingga maknanya bisa dimengerti seperti bermain bola, game, pedang, dan lain sebagainya. Jadi, jika kita hamparkan analisis sifat bermain secara semantik alami meta-bahasa yang hanya menggunakan 65 kata mental primitif namun bersifat universal dan dimengerti secara cross-cultural maka frase-frase reduktifnya sebagai berikut:

Seseorang (X) bermain (Y)

(X) adalah sesuatu:

  1. Suatu waktu ketika (X) melakukan sesuatu ini
  2. Orang lain tidak tahu sesuatu ini
  3. Orang lain merasa sesuatu ini adalah sesuatu lainnya

(X) tahu sesuatu ini

  1. Ketika orang lain melihat sesuatu ini
  2. Orang lain tahu akan sesuatu ini
  3. Ketika orang lain tahu sesuatu ini
  4. Orang lain mengatakan sesuatu tentang sesuatu ini

Natural Semantic Metalanguage (NSM) atau Semantik Alami Meta-Bahasa hanya menggunakan kisaran 65 kata-kata reduktif eksplikatif (bersifat mengelupaskan) namun bisa mengantarkan makna pada konteksnya. Komponen-komponen yang disajikan di atas bersifat mental-logic yang mana bisa secara ringkas kita katakan bahwa kata bermain merupakan sesuatu yang  bisa dilakukan (a), pendengar tidak paham pasti akan sesuatu ini karena sesuatu ini terikat dengan sesuatu lain (b, c) dikarenakan yang mengetahui sesuatu ini secara pasti hanya pelaksana dari sesuatu ini sehingga sesuatu ini dapat diketahui ketika orang lain melihat pasti sesuatu ini (d, e), jika orang lain telah melihat sesuatu ini maka barulah orang lain bisa mengatakan sesuatu tentang sesuatu ini (f,g).

Nah, sekarang bagaimana? apakah sudah bisa kita pastikan makna dari bermain secara lugas, terang dan tegas?  Mungkin ada yang bertanya bagaimana dengan kalimat ketiga Luhut bermain di tambang papua (subyek + kata kerja transitif + kata keterangan tempat), apakah ini telah memadai? Jawaban secara semantik bahasa mental adalah belum karena komponen sesuatu yang dilakukan sesuatu (X melakukan X) dan X adalah sesuatu yang metal-concrete belum tersedia sehingga akan melahirkan frase-frase reduktif eksplikatif yang kurang lebih sama seperti di atas.

Semoga tulisan kecil ini bisa bermanfaat. Silakan rujuk kata-kata mental yang ditemukan oleh Prof. Anna Wierzbicka di buku beliau yang sangat berharga Semantic Primes and Universals. Berhentilah bermain-main dengan kata ‘bermain’. Tak elok menjadikan bahasa dan hukum sebagai permainan. []

Related posts