Mengungkap Komunitas Penggemar Motor Matic Jatinangor, COMA (1)

Disambut Antusias Pecinta Matic, Ingin Hapus Imej Negatif

Penggemar motor matic di kawasan Jatinangor, COMA, menggali energi positif jiwa anak muda. (DEDE SUHERLAN/JABARTODAY.COM)

JABARTODAY.COM – JATINANGOR

BERAWAL dari satu hobi yang sama, mengendarai motor matic, empat pemuda Jatinangor, Dendi Juliandi, Menjus, Herut, dan Budi sepakat membuat komunitas penggemar motor matic di kawasan itu, pada 11 Juli 2010 lalu. Komunitas itu belakangan diberi nama Community Matic Jatinangor (COMA).

Saat JABARTODAY.COM berjumpa dengan remaja dan pemuda yang tergabung dalam COMA, di kawasan Jatinangor, Rabu (12/9), nuansa bersemangat khas gaya anak muda muncul dari ucapan yang mereka lontarkan. Dari beragam pernyataan yang diungkapkan, intinya mereka ingin memunculkan kesan bahwa kelompok penggemar motor tidak selalu identik dengan geng motor.

“Kami ingin mengubah imej dari sebagian masyarakat yang menganggap kelompok penggemar motor selalu menjadi biang munculnya keonaran. COMA bisa menunjukkan perilaku positif yang menarik simpati masyarakat,” kata Ketua dan Pendiri COMA, Dendi Juliandi, di Jatinangor, rabu (12/9).

Menurut Dendi, terbentuknya COMA diawali oleh adanya kesamaan hobi di antara simpatisan komunitas itu. Setelah melihat tingginya kebersamaan dan tali persaudaraan sesama penggemar matic, mereka bersepakat untuk membentuk komunitas itu.

“Kebetulan, sebelum memiliki motor matic, kendaraan yang biasa saya tunggangi adalah motor tiger. Saat memiliki motor tiger, saya pun mengikuti komunitas motor tiger Timojang (Community Motor Pajajaran Sumedang). Berawal dari sanalah inspirasi untuk membuat komunitas penggemar motor matic muncul. Jika di antara penggemar motor tiger terdapat komunitas yang mewadahi hobi mereka, hal serupa juga bisa dilakukan di tengah pecinta motor matic,” ujar karyawan di Daya Motor Jatinangor itu.

Gayung pun bersambut. Gagasan Dendi dan tiga kawan lainnya untuk mendirikan COMA mendapat dukungan penuh dari sesama penggemar matic lain di Jatinangor. Buktinya, saat COMA lahir, sebanyak 20 pengguna matic mendaftarkan diri di komunitas itu.

“Kini anggota COMA mencapai 40 orang. Selain berasal dari Jatinangor, anggota komunitas ini juga ada yang berasal dari Tanjungsari dan Cileunyi Kabupaten Bandung,” katanya.

Selanjutnya Dendi menuturkan, keinginan untuk memunculkan energi positif di antara anggota COMA, semakin dipertegas dari berbagai kiprah dalam menjalankan aktivitas komunitas ini.

“Kunci dari segalanya yaitu keinginan untuk menanamkan kedisiplinan di antara anggota. Saat kami berkumpul misalnya, anggota COMA diharuskan menggunakan standar kelaikan berkendaraan (safeti rading). Ketentuan itu seperti memakai helm, jaket, sepatu, celana panjang, dan kaos tangan. Kami ingin menunjukkan bahwa kami taat terhadap aturan yang ada,” ujarnya. (DEDE SUHERLAN)

Related posts