Menanamkan Sifat Amanah

Oleh: Hatta Rajasa

AMANAH adalah salah satu sifat yang wajib dimiliki para nabi. Tanpa sifat amanah, seorang nabi mustahil disebut nabi. Sebab, tugas utama seorang nabi adalah menyampaikan firman Allah kepada seluruh umat manusia. Tidak boleh ada satu ayatpun yang boleh dikorupsi ataupun ditambahi. Itulah sebabnya mengapa sifat amanah dikatakan sebagai lambang kemuliaan para nabi.

Selain para nabi, semua orang juga dituntut untuk memiliki sifat amanah. Anak sekolah, mahasiswa, PNS, pedagang, pejabat, politisi, dan lain-lain juga diharapkan dapat menjunjung tinggi amanah yang diberikan kepada mereka. Dalam kehidupan bermasyarakat, masing-masing orang memiliki tugas dan peran sendiri-sendiri. Tugas dan peran itu harus dilaksanakan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang ada. Mengkhianati amanah berarti merusak tatanan sosial politik di tengah-tengah masyarakat.

Di dalam Al-Qur’an, terdapat sejumlah ayat yang menjelaskan betapa pentingnya sifat amanah. Salah satu di antaranya terdapat dalam surat al-Nisa’ ayat 58 yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” Ayat ini secara tegas memerintahkan agar setiap orang melaksanakan amanah yang dibebankan kepadanya. Dengan demikian, orang yang mengingkari amanah adalah orang yang mengingkari perintah Allah.

Bahaya lain dari pengingkaran terhadap amanah adalah munculnya penyakit nifak (munafik). Hal ini secara terang dijelaskan oleh Rasullullah dalam salah satu haditsnya yang berbunyi, “Tanda-tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika diberi amanah ia berkhianat” (HR. Bukhari Muslim). Oleh karena itu, pembumian sifat-sifat amanah menjadi hal sangat penting dalam setiap diri orang yang beriman.

Salah satu cara untuk menanamkan sifat amanah dalam diri manusia adalah melalui ibadah puasa. Di dalam ibadah puasa, orang yang berpuasa dituntut untuk bersikap amanah dalam segala hal. Termasuk amanah untuk menuntaskan puasa sampai tenggelam matahari. Selain itu, orang yang berpuasa juga diharapkan dapat menghindarkan diri dari perilaku yang dapat merugikan orang lain. Semua hak-hak orang lain yang ada di dalam dirinya akan ditunaikan sesuai dengan yang semestinya. Perhitungan kewajiban membayar zakat, misalnya, dilakukan secara jujur dan disalurkan kepada orang-orang yang betul-betul berhak menerimanya.

Secara umum, ada tiga jenis amanah yang perlu ditunaikan, yaitu; amanah pada diri sendiri, amanah pada keluarga, dan amanah pada masyarakat. Amanah pada diri sendiri artinya menggunakan seluruh umur yang diberikan oleh Allah hanya untuk mengabdi kepada-Nya. Sedangkan amanah pada keluarga artinya berusaha semaksimal mungkin dalam memenuhi seluruh nafkah jasmani dan rohani semua anggota keluarga. Sedangkan, amanah pada masyarakat artinya menggunakan seluruh waktu hidup yang dianugerahkan oleh Allah untuk kebaikan dan kemashlahatan umat dan bangsa.

Bila ketiga amanah ini dijalankan dengan baik, maka hubungan vertikal dengan Allah (hablum min Allah) dan hubungan horizontal dengan sesama manusia (hablum min al-nas) akan terjalin secara sempurna. Wallahu’alam. [***]

Penulis adalah Menko Perekonomian RI

Related posts