Manajemen Griya Grand Cinunuk Tak Kompak Soal Artesis

Warga, “Ada atau Tidak Ada Artesis, Kami Tetap Sulit Air”

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh Supervisor Lapangan Griya Grand Cinunuk, Cileunyi, Kab. Bandung, Dudi Damhudi, yang menyebutkan bahwa supermarket itu memiliki satu sumur artesis, Bagian Staf Umum Griya Grand Cinunuk, Krisnowo, justru mengungkapkan pernyataan berseberangan. Menurut Krisnowo, supermarket ini sama sekali tidak memiliki artesis.

“Griya Grand Cinunuk hanya memiliki tiga sumur bor biasa. Kami tidak memiliki artesis. Itu bisa dicek langsung di lapangan. Pernyataan yang disampaikan oleh Pa Dudi tidak benar. Itu disebabkan ketidaktahuan beliau saja,” kata Krisnowo, Sabtu (15/9).

Pernyataan Krisnowo memang terdengar sangat berbeda jauh dengan yang diutarakan Dudi Damhudi. Saat ditemui JABARTODAY.COM, Selasa (11/9) lalu,  Dudi menyebutkan, di samping Griya Grand Cinunuk memiliki artesis, dia pun menuturkan bahwa keberadaan artesis itu telah dilaporkan ke desa, kecamatan, dan Pemkab Bandung.

Kendati begitu, berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, realitas menunjukkan, sejak tiga bulan terakhir masyarakat yang tinggal di RT 02/RW 01 RT 02/RW 01, Kp. Margamulya, Ds. Cimekar, Kec Cileunyi, kesulitan mendapatkan air bersih

Salah satu warga Tati Nurhayati (38), menyebutkan, dari sekitar 30 kepala keluarga (KK) yang tinggal berdempetan dengan Griya Grand Cinunuk, semuanya kesulitan mendapatkan air. Walau warga memiliki sumur yang memiliki kedalaman 18 sampai 20 meter, namun semuanya sama sekali tidak berfungsi sebagai sumber air.

“Untuk mendapatkan air, warga terpaksa menggunakan air sawah yang ditampung di MCK (mandi, cuci, kakus) umum. Soal kualitas air jangan ditanya. Sudah kotor, bau pula. Ya terpaksa, karena tidak ada sumber air lagi, air sawah itu kami gunakan juga untuk air minum,” ujar Tati.

Warga lainnya, Warni (35), mengungkapkan, beroperasinya sumur artesis di Griya Grand Cinunuk sejak setahun terakhir sangat terasakan dampaknya oleh warga. Sebelum pembuatan sumur artesis, kata dia, warga tidak pernah merasakan kesulitan air.

“Pada musim kemarau sebelumnya, warga tidak pernah kekurangan air. Kendati kemarau berlangsung hingga lebih dari enam bulan misalnya, sumur milik warga tak pernah kering. Berbeda dengan saat ini, walau kemarau baru berlangsung tiga bulan, sumur kering kerontang,” kata Warni.

Fakta yang lebih memprihatinkan diutarakan salah satu warga yang enggan disebutkan namanya. Menurut warga itu, ada ataupun tidak ada artesis yang dimiliki oleh Griya Grand Cinunuk, warga tetap kesulitan mendapatkan air layak minum.

“Berdasarkan informasi yang saya peroleh Griya Grand Cinunuk mengoperasikan lima sumur pompa. Saya tidak mengetahui persis apakah itu sumur artesis atau sumur bor biasa. Yang jelas menyusul beroperasinya sumur-sumur itu, air sumur milik warga yang tinggal di sekitar supermarket ini saat (kering tak berair),” katanya. (DEDE SUHERLAN)

.

Related posts