JABARTODAY.COM – JATINANGOR
Semula, Wawan (42) tak membayangkan akan selalu berinteraksi dengan sampah. Namun, selepas berhenti bekerja di sebuah pabrik tekstil di Rancaekek pada September 2010, dia justru ditawari pekerjaan mengelola sampah di kawasan Jatinangor, Kab. Sumedang oleh Komunitas Peduli Sampah Jatinangor (KPSJ).
Kini, agenda keseharian Wawan tak pernah lepas dari sampah. Sebagai Ketua Bidang Logistik KPSJ, dia bertanggung jawab memantau kinerja 20 pegawai yang bekerja di lembaga yang diketuai Zaenal Mutaqin itu.
Biasanya, selepas salat Subuh,Wawan sudah siap-siap mengontrol aktivitas pegawai mulai dari perbatasan Tugu Cibeusi sampai Cikuda.
“Inilah seninya bekerja di lembaga yang tidak profit oriented. Sejak awal berdiri pada September 2010 hingga Maret 2011, pendapatan yang saya peroleh dari pekerjaan ini sangat minim. Sebab, pemasukan yang berasal dari masyarakat yang membayar iuran sampah masih seadanya. Namun, sejak Juni 2011, pembayaran uang sampah dari masyarakat mulai teratur,” kata Wawan, di Jatinangor, Sabtu (22/9).
Menurut warga Jatinangor itu, karena KPSJ bukan insitutusi bisnis, lembaga itu tidak menetapkan tarif iuran sampah kepada masyarakat. Semuanya, kata dia, diserahkan kepada keikhlasan masyarakat. Untuk pembayaran iuran per bulan misalnya, pembayaran antara Rp. 40.000,- hingga Rp. 80.000,-.
“Iuran dari masyarakat itu kemudian disalurkan untuk membayar upah pegawai KPSJ. Besaran upah yang kami berikan memang masih minim. Itu sekadar tanda penghargaan terhadap keringat yang telah mereka keluarkan dalam membersihkan kawasan Jatinangor,” ujarnya.
Sekretaris KPSJ, Aceng Syarif Hidayat mengatakan, kepedulian KPSJ dalam menangani sampah di Jatinangor dipicu oleh kondisi yang muncul beberapa tahun belakangan. Berdasarkan informasi yang dia peroleh dari sesama pecinta lingkungan di Jatinangor, produksi sampah di kawasan itu pada 2014 mendatang diprediksi mencapai 3.000 ton perhari.
“Jika itu tidak ditanggulangi secara serius, sampah akan menjadi momok menakutkan bagi warga Jatinangor. Bandung lautan sampah yang terjadi beberapa tahun lalu, dikhawatirkan akan terjadi di Jatinangor,” tuturnya.
Ditambahkan Aceng, untuk mendukung langkah-langkah KPSJ dalam menangani sampah, pihaknya mendapat bantuan satu unit kendaraan pengangkut sampah dari Pemkab Sumedang.
Sementara itu Kepala Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD) Badan Lingkungan Hidup (BLH) Wilayah Sumedang Barat, Hermawan, mengatakan, peran masyarakat dalam mengelola sampah yang dilakukan oleh KPSJ, menjadi percontohan dalam pengelolaan sampah di suatu kawasan yang dilakukan oleh masyarakat. Di kawasan lain, ujar dia, langkah serupa juga bisa ditunjukkan oleh masyarakat.
“Terus terang kami merasa terbantu oleh keberadaan komunitas itu. Komunitas yang operasionalisasinya dilakukan secara swadaya itu menjadi langkah terobosan dalam menciptakan lingkungan yang bersih,” ujar dia. (DEDE SUHERLAN)