
JABARTODAY.COM – BANDUNG — Efek pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sepertinya, mai terlihat dan terasa oleh masyarakat. Di antaranya, melejitnya harga jual sejumlah komoditi, yang salah satunya, telur, sebagai dampak naiknya harga jual pakan, yang memang, masih impor. Menyikapi hal itu, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jabar melakukan berbagai upaya.
Satu di antaranya, menggelar operasi pasar murah (OPM) di pelataran Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung, Jalan Arjuna, Senin (23/7). Dalam agenda itu, TPID memperjualbelikan sejumlah kebutuhan pokok masyarakat, yang harga jualnya lebih murah daripada harga pasar.
Sebagai contoh, harga jual ayam beku senilai Rp 34.000 per ekor. Kemudian, telur ayam sejumlah Rp 23.800 per kilogram. Lalu, beras super premium sebesar Rp 62.500 per 5 kilogram. Berikutnya, beras premium senilai Rp 62.000 per 5 kilogram.
Selain itu, juga ada beras medium seharga Rp 47.250 per 5 kilogram. Selanjutnya, Minyak Goreng Kita senilai Rp 12.500 per liter. Lalu, gula pasir seharga Rp12.000 per kilogram dan terigu sejumlah Rp7.300 per kilogram.
Meski begitu, beberapa masyarakat berpendapat, OPM itu tidak terlalu berdampak signifikan. “Memang, harga jualnya lebih murah. Tapi, acara seperti ini kan tidak setiap hari. Jadi, dampaknya tidak terlalu terasa. Lain halnya kalau setiap hari,” kata Reni, warga setempat.
Wanita berusia 40-an tahun ini menilai, sampai saat ini, harga jual sejumlah kebutuhan pokok masih tergolong mahal. Kondisi itu, aku dia, memberatkan. Harapannya, ada langkah-langkah nyata pemerintah untuk mengatasi mahalnya harga jual komoditi kebutuhan pokok. (win)