Oleh Rina Armaini
SEBAGAI warga negara Indonesia dan juga pengajar di SMK, saya mengacungkan dua jempol atau bahkan jika saya boleh meminjam jempol kawan-kawan saya, maka saya akan mengacungkan empat bahkan sampai 100 jempol untuk karya siswa SMK yang diberitakan akhir-akhir ini. Begitu semarak dan tentu begitu hebat anak-anak SMK Indonesia dengan segala kreativitasnya, membuat kebanggaan tersendiri dan patut dibanggakan oleh warga negeri ini.
Bermula dari diberitakannya mobil “esemka” buatan SMK Solo, kemudian “Buggy ABCD” buatan SMKN 8 Bandung, Sepeda buatan SMK, pesawat terbang. Wah… apa lagi yah yang akan mereka ciptakan? Beberapa pejabat kemudian berbondong-bondong memesan karya-karya tersebut, tentu itu adalah sebagai salah satu bukti kebanggaan mereka.
Pendidikan atau industri?
Pemesanan tersebut mungkin menimbulkan apriori dari berbagai pihak akan dibawa ke mana SMK di kemudian hari, tetap pada jalur pendidikan atau lebih cenderung menjadi industri? Hal ini juga dikemukakan oleh salah seorang Dosen Hukum Universitas Negeri Jember, Bayu Dwi Anggono, pada suatu media beberapa waktu lalu.Dia mengatakan bahwa, meski akan melakukan produksi massal, SMK tak perlu menjadi seperti industri besar karena SMK tetaplah institusi pendidikan. Jika ingin berkembang, cukup menjalin kerjasama dengan industri.
Pemikiran tersebut mengacu pada kebijakan pemerintah yang ada saat ini berupa Peraturan Presiden RI No 28/2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Aturan itu hanya menyebutkan program jangka pendek pertumbuhan industri otomotif yang lebih menitikberatkan penggunaan komponen dan tenaga kerja Indonesia bagi industri otomotif di Indonesia.
Artinya, kebijakan pemerintah mungkin hanya berkutat pada pengembangan Sumber Daya Manusia yang handal untuk digunakan sebagai tenaga kerja dalam menyediakan dan menggunakan komponen. Lalu, Mencipta? Why Not?
Pendidikan Karakter
SMK menjadi industri atau tidak? Kita lihat dulu latar belakang kemunculan sekolah yang kini dinamakan SMK itu. SMK atau Sekolah Menengah Kejuruan muncul akibat adanya kebutuhan pendidikan yang lebih mengacu pada sumber daya manusia yang siap pakai dan mempunyai kompetensi yang handal.
Tujuan tersebut diimplementasikan dalam bentuk standar kurikulum khusus buat mereka, di samping penerapan konsep pendidikan yang ditanamkan di sekolah mengenai kecakapan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Selain itu, saat ini juga pemerintah menanamkan apa yang disebut pendidikan karakter.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMK mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran itu dikembangkan, dieksplisitkan, serta dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Pendidikan karakter ini, menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMK perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah
Pendidikan karakter siswa SMK kemudian dimplementasikan dalam bentuk kegiatan yang potensial untuk pembinaan karakter, kemampuan, rasa tanggung jawab sosial, bekerja sama, menghargai orang lain, serta mengembangkan potensi dan prestasi peserta didik. Peningkatan mutu akademik peserta didik dengan kegiatan dikembangkan dalam bentuk kegiatan yang mampu membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMK, yang antara lain meliputi sebagai berikut:
1) Dapat menjadi lulusan yang mampu bersaing, dan dapat menjadi pekerja teknologi tingkat menengah
2) Memiliki jiwa kewirausahaan, bahkan dapat melakukan wirausaha
3) Menunjukkan sikap percaya diri;
4) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
5) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
6) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
7) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
8) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
9) Menghargai karya seni dan budaya nasional;
10) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
11) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
Penjawantahan pendidikan karakter adalah dengan dikembangkannya potensi siswa sesuai dengan apa yang mereka pelajari. Penciptaan karya adalah bentuk pembelajaran nilai-nilai karakter yang menyentuh pada ranah internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Penciptaan karya adalah bukti fisik standar kelulusan yang diharapkan, di mana siswa dilatih untuk menjadi lulusan yang mampu bersaing, dan dapat menjadi pekerja teknologi tingkat menengah, memiliki jiwa kewirausahaan, bahkan dapat melakukan wirausaha, menunjukkan sikap percaya diri, mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif, menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya, menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab, menghargai karya seni dan budaya nasional, menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya, serta menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik.
Karya siswa SMK adalah bukti meningkatnya mutu akademik peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat. Karya siswa SMK adalah implementasi dari pendidikan karakter, artinya bukan ingin menjadikan sekolah sebagai industri tapi adalah mendidik dan membangun karakter siswa sehingga mempunyai jiwa industri, memiliki jiwa kewirausaaan , dan jiwaenterpreuneur yang tinggi sehingga memiliki wawasan yang luas untuk mengembangkan keahliannya. (*)
Penulis adalah guru di SMKN 8 Bandung