Karya Seni Rupa yang Provokatif di Kompetisi BaCAA #

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Karya seni rupa yang provokatif menjadi salah satu isu penting dalam kompetisi seni rupa Bandung Contemporary Art Award (BaCAA) #2. Tentu saja bukan provokasi kebijakan pemerintah soal rencana pasti kenaikan BBM dan TDL, kasus-kasus korupsi juga intrik partai politik kian merisaukan masyarakat. Kesenian jalan terus, perlahan merekam jejak situasi social masyarakat melalui karya seni rupa. Sejumlah seniman dan perupa muda terus bertarung untuk tetap berkarya meski pasar seni rupa beberapa tahun ini surut –terkoreksi oleh sistem yang ada- dikeluhkan banyak pelaku seni di mana-mana.

Situasi yang kurang menguntungkan saat ini menjadi peluang besar yangmana bahasa seni budaya masih diapresiasi ketimbang perkara politik. Salah satu peluang itu juga berada di dalam perhelatan kompetisi besar seni rupa Indonesia yang berlangsung di Bandung. Selalu ada optimisme di dalam situasi setengah terjepit ini. Karya seni rupa nyaris tidak ada yang baru selain pengemasan gagasan dan metoda penggarapan karya seni bagi sebagian kalangan masyarakat, namun apa yang dikerjakan perupa berdasarkan pengalaman teknis dan pengetahuan pendukungnya dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk tetap bertahan dan optimis.

Ketua penyelenggara BaCAA, Andonowati, mengatakan bahwa perhelatan BaCAA #2 kali ini mendapat sambutan yang sangat positif khususnya bagi seniman dan perupa muda berbakat untuk meningkatkan karir mereka di dunia seni rupa secara profesional. Karya-karya para peserta yang terpilih melalui seleksi yang baik oleh tim juri tentu saja memberikan optimisme terhadap kemajuan seni rupa Indonesia.

Di antara ratusan karya peserta yang masuk ke meja panitia kompetisis seni rupa kontemporer, puluhan karya dipilih menjadi yang terbaik di antara yang lainnya. Pertimbangan alot untuk memilih yang terbaik pun berlangsung cukup sengit. Dewan juri umumnya juga mencatat, pada sebagian besar karya yang dikirimkan – pemula maupun bukan- merajalela “penyakit” klise. Dalam penilaian tahap pertama, masing-masing juri memilih 50 karya terbaik melalui citraan karya, konsep, medium yang digunakan dan ide-ide “besar” yang melatarinya. Pada tahap ini, juri umumnya sepakat bahwa ada semacam kecenderungan truisme muncul, yakni kecenderungan untuk menampilkan sesuatu yang sudah jelas dengan sendirinya, sehingga dengan begitu nilai dan kekhasan sebuah re-presentasi menjadi tak diperlukan lagi. Kecenderungan ini merata di semua lini tema yang digarap.

Hendro Wiyanto, perwakilan Dewan Juri BaCAA #2, juga mencatat bahwa, jika seniman tertarik melukiskan fenomena kemajuan teknologis, simbol yang digunakan adalah sejenis robot atau motherboard komputer. Soal kebebasan lambang klisenya tentu patung Liberty, empati terhadap masyarakat diwakili oleh wajah petani dan kepolosan atau kenaifan tampil melalui wajah bocah cilik. Tentu saja, dalam seni tak ada yang keliru dengan tema apapun. Yang jadi soal adalah apakah ada relasi yang ketat dan khas dalam proses pengamatan seniman yang dapat menunjukkan bahwa apa yang ditampilkan bukanlah apa yang sudah kita tahu? “Anda perlu bekerja keras kalau mau sukses” adalah sebentuk truisme nasehat. Yang mau kita tahu adalah, apakah bisa ditunjukkan suatu cara lain pada saya untuk bekerja lebih keras? Dengan kata lain, yang klise atau pernyataan serba truisme adalah jalan buntu untuk mencapai kekhasan dan mutu re-presentasi yang jadi perhatian pokok pada juri BaCAA, dan juri pada kompetisi di manapun. Re-presentasi selalu memerlukan nutrisi lebih dari peralatan dan kepekaaan sang seniman untuk tidak terjebak pada klise-presentasi dan truisme-pernyataan.

Bandung Contemporary Art Award # 2 (BaCAA # 2) mencatat jumlah peserta yang tidak lebih sedikit dibandingkan dengan animo kesertaan pada BaCAA # 1. Dalam rentang waktu sekitar tiga bulan sejak kompetisi yang kedua ini dipublikasikan pertengahan tahun lalu, Panitia BaCAA di Bandung telah menerima kiriman 478 nama dan foto karya untuk dikompetisikan.

Syakieb Sungkar, kolektor dan anggota Dewan Juri kompetisi BaCAA #2, dalam konteks perkembangan karya seni rupa kekinian dan wacana seni rupa Timur Tengah –Art Dubai- yang sedang trend saat ini melihat bahwa adanya optimisme pasar dari karya peserta BaCAA #2 yang lolos terpilih memiliki potensi untuk bertarung di dalam domain pasar seni rupa di kawasan penghasil minyak dunia itu. “Dubai berusaha menjadi kiblat baru dalam pergerakan seni rupa dunia. Untuk Art Dubai kali ini terbagi atas dua bagian besar : Art Fair dan Global Art Forum yang keduanya diendorse oleh Pemerintah Dubai (Dubai Culture & Arts Authority). Yang menarik adalah Art Dubai mencoba menjadikan dirinya sebuah representasi dari seni rupa Middle East, sementara Saudi Arabia yang notabene merupakan negara terbesar di Region tersebut, tidak berpartisipasi secara aktif. Sehingga dari Art Dubai kita tidak akan mendapatkan suatu seni rupa yang spesifik merunut pada akar budaya Middle East (baca : Islam). Global Art Forum yang berlangsung di Dubai, menggundang para stake holder (artist, art critics, museum, gallery) yang mendefinisikan kecenderungan seni rupa dunia mutakhir. Salah satu produk “wacana” yang bersumber dari lingkaran Dubai sejak enam tahun belakangan adalah pendefinisian bahwa “Art is Business”, yang cukup membawa kontroversi,” kata Syakieb Sungkar.

Terakhir Hendro Wiyanto juga menyatakan bahwa, sejumlah karya yang lolos seleksi tahap pertama makin menarik perhatian juri pada sesi berikutnya. Karya-karya yang paling menarik perhatian juri pada BaCAA kali ini adalah karya yang mengandung kekuatan memprovokasi – baik secara sensibel maupun nalar-, maupun karya yang mampu menampilkan relasi yang khas, kritis dan relatif ketat –tidak klise dan bukan truisme- baik terhadap subjektifitas kedirian maupun wacana dominan tertentu. Dalam arti tertentu, karya-karya semacam itu berhasil melahirkan realitas kekaryaan yang berbeda, sesuatu yang reliable, terasa segar dan bahkan kadang relatif baru.

BaCAA terselenggara atas dukungan besar dari Yayasan AB dan Lawangwangi Art & Science Estate, serta kerjasama yang baik dengan media massa juga para stake holder seni rupa Indonesia. Malam penghargaan BaCAA #2, pengumuman pemenang kompetisi sekaligus penyerahan hadiah akan dilaksanakan pada tanggal 24 maret 2012 di galeri Lawangwangi Art & Science Estate Bandung, Jl. Dago Giri 99, Mekarwangi, Bandung, Jabar. Malam Awarding Night BaCAA #2 juga memamerkan karya seni rupa dari peserta yang lolos sebagai nominator. (fzf)

Related posts