
JABARTODAY.COM – BANDUNG
Pembukaan Pameran Buku Bandung di Landmark Convention Hall, Selasa (2/10) lalu, terlihat kental dengan penampilan seni Tionghoa. Dalam sesi hiburan di sela-sela pembukaan pameran, seniman Tionghoa tampil menghibur hadirin yang datang dalam acara itu.
Tampilan angklung yang menggabungkan alumni group Chiow Chung dan Ching Hoa langsung menyedot perhatian penonton. Empat lagu garapan kumpulan 40 seniman angklung yang semuanya berasal dari etnis Tionghoa ini terdengar sangat apik. Keempat lagu itu yakni Karatagan Kemerdekaan, Woteailien, Yang Kuang Lusang, dan Nyiur Hijau.
Keterhenyakan penonton tak berhenti sampai di situ. Hiburan yang digarap oleh seniman Tionghoa ini berlanjut dengan penampilan paduan suara Kota Kembang. Beberapa lagu Sunda, Indonesia, dan Mandarin dinyanyikan begitu kompak oleh kelompok yang beranggotakan 40 vokalis itu.
Tentunya, tampilan apik group angklung dan paduan suara itu, tak akan hadir begitu saja. Dibutuhkan latihan keras agar bisa tampil meyakinkan. Untuk paduan suara Kota Kembang misalnya, mereka sudah eksis selama 18 tahun. Mereka selalu menggelar latihan secara rutin.
Hal serupa juga dilakukan oleh group angklung yang menggabungkan alumni Chiow Chung dan Ching Hoa. Untuk persiapan tampil dalam pembukaan Pameran Buku Bandung 2012, mereka menggelar latihan selama 4 bulan.
Penggiat budaya Sunda-Tionghoa, Soeria Disastra (70), yang juga pelatih group angklung dan paduan suara Kota Kembang, mengungkapkan, seniman Tionghoa tak hanya tampil dalam pembukaan Pameran Buku Bandung 2012. Sebelumnya, dalam beberapa perhelatan yang digelar oleh instansi pemerintah dan swasta, mereka pun kerap diundang untuk mengisi sesi hiburan.
“Terus terang saya sangat bangga bisa tampil dalam momen-momen penting seperti ini. Kami berkesempatan untuk terlibat dalam pengembangan seni dan budaya. Kehidupan seni dan budaya bersifat universal dan tak dibatasi sekat-sekat etnitisme,” kata Soeria Disastra di sela-sela Pameran Buku Bandung 2012, Kamis (4/10).
Menurut Soeria, dia intens terlibat dalam pengembangan budaya Sunda-Tionghoa sejak 1998 silam. Ketertarikannya untuk terlibat dalam bidang itu berlatarkan pemikiran, pendekatan seni dan budaya sangat efektif untuk lebih membaurkan etnis Tionghoa dengan urang Sunda.
“Melalui pendekatan seni dan budaya tidak ada sekat-sekat yang memisahkan kita. Sisi humanisme begitu kental melekat dalam seni dan budaya. Itu yang bisa menyatukan perbedaan enis, suku, dan agama,” kata Soeria. (DEDE SUHERLAN)