Kampanye Anti Korupsi di Tengah Pelestarian Budaya Sunda

Panggung tempat anak-anak SMA/SMK menunjukkan kesenian Sunda yang digelar di Car Free Day Dago, Minggu (4/5). Meski pelestarian kesenian Sunda tetap dilakukan, kampanye anti korupsi tetap digalakkan kepada para remaja. (JABARTODAY/AVILA DWIPUTRA)
Panggung tempat anak-anak SMA/SMK menunjukkan kesenian Sunda yang digelar di Car Free Day Dago, Minggu (4/5). Meski pelestarian kesenian Sunda tetap dilakukan, kampanye anti korupsi tetap digalakkan kepada para remaja. (JABARTODAY/AVILA DWIPUTRA)

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Dalam rangka mensosialisasikan anti korupsi sejak dini yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, pihak Komunitas Palagan Pangatikan Budaya Sunda Dinas Pendidikan Kota Bandung mengampanyekan program tersebut kepada para siswa SMA/SMK.

Menurut Ketua Panitia Komunitas Palagan Pangatikan Budaya Sunda Cucu Saputra, dalam kegiatan tersebut tidak hanya mensosialisakan anti korupsi, tapi juga menampilkan karya seni dari beberapa perwakilan pelajar SMA/SMK se-Kota Bandung. “Kegiatan disini ada dari siswa-siswa SMA dan SMK. Ada dari SMA Negeri 1 Bandung, SMK Negeri 10 Bandung, dan SMP Negeri 45 Bandung, mereka di sini menampilkan rampak kendang, jaipong, perkusi kesundaan, dan kesenian Sunda lainnya,” ujar Cucu di Car Free Day Dago, Minggu (4/5/2014).

Tema yang diusung pihaknya itu, dikatakan Cucu, mengolaborasikan dengan KPK yang secara kebetulan berada di Kota Kembang dan sedang gencar mensosialisasikan gerakan anti korupsi. “Sebetulnya ini kegiatan pentas seni dan budaya kesundaan yang ditampilkan oleh perwakilan dari setiap sekolah yang ada di Kota Bandung,” aku Cucu.

Cucu yang juga Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bandung menilai, masyarakat masih banyak yang peduli dengan budaya Sunda. Maka itu, pihaknya memberi ruang kepada anak-anak muda untuk tetap melestarikan budaya leluhur mereka. “Kalau yang saya lihat apresiasi masyarakat begitu bagus, anak-anak muda di Bandung masih melek dengan budayanya sendiri,” ucapnya.

Dengan cukup suksesnya kegiatan yang dilakukan komunitasnya, Cucu berharap budaya Sunda akan tetap tumbuh dan berkembang. Lebih lanjut, ia menyampaikan, kegiatannya itu harus tetap dilakukan. Sebab, sambungnya, siapa lagi yang akan memelihara kebudayaan Tatar Pasundan kalau bukan orang-orang Sunda sendiri.

Sementara itu, Atalia Praratya Kamil, istri Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, mendukung penuh program tersebut, terlebih dengan konsep yang diterapkan kepada anak-anak. “Konsepnya bagus. Anak-anak dikenalkan bagaimana mereka berbuat jujur sejak mereka dini, bagaimana mereka tahu mana benar dan salah yang akan diingat hingga dewasa,” puji Atalia yang sempat membacakan cerita dongeng pada anak-anak yang hadir.

Atalia memandang konsep yang digunakan oleh para pengajar dan guru adalah yang paling efektif untuk anak usia dini. Apalagi menyampaikannya melalui sebuah dongeng yang mudah diterima anak-anak. “Ini paling efektif bagi mereka. Dengan cara lain mungkin belum tentu bisa, tapi dengan cerita lebih cepat menyerap,” tandasnya. (VIL)

Related posts