Jelang Akhir 2017, Ini Kondisi Inflasi di Jabar

(jabartoday.com/net)

JABARTODAY.COM – BANDUNG — Menjelang berakhirnya 2017, Jabar masih memiliki catatan ekonomi yang patut mendapat perhatian pada 2018. Adalah terjadinya kenaikan inflasi menjelang akhir tahun ini. “Walau begitu, kenaikan inflasi di Jabar masih terkendali,” tandas Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Jabar, Wiwiek Sisto Widayat, beberapa waktu lalu, saat Pertemuan Tahunan BI Jabar 2017.

Diutarakan, pada November 2017, pihaknya mencatat, bahwa Jabar mengalami inflasi sebesar 3,42 persen. Angka itu, jelasnya, melebihi kondisi November 2016, yang sebanyak 2,75 persen. Wiwiek meneruskan, secara spasial, Kota Bogor menjadi titik inflasi tertinggi di Jabar, yaitu 4,15 persen, angka yang melebihi inflasi Jabar, yakni 3,06 persen.

Wiwiek berpendapat, terjadinya kenaikan inflasi di tatar Pasundan disebabkan beberapa hal. Antara lain, sebut Wiwiek, adanya penyesuaian beberapa tarif yang memang menjadi kebijakan pemerintah.

Berdasarkan kelompok, terang Wiwiek, inflasi di Jabar terjadi pada administratered prices dan core. Kondisi berbeda terjadi pada inflasi pada kelompok volatile food. “Kelompok ini (volatile food) mencatat inflasi yang turun pada level terendah sehingga pemerintah daerah bersama masing-masing TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) perlu mendapat apresiasi,” paparnya.

Berkenaan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), data menunjukkan, pada 2016, terdapat 8 kota-kabupaten yang masuk pada kuadran III. “Artinya, ke-8 kota-kabupaten itu memiliki IPM tinggi, bahkan melebihi IPM Jabar,” terang Wiwiek.

Diutarakan, ke-8 kota-kabupaten yang masuk Kuadran III tersebut terdiri atas 7 kota dan 1 kabupaten. Adapun ke-7 kota yang ber-IPM melampaui Jabar yaitu, Kota Bandung, Cirebon, Tasikmalaya, Depok, Bogor, Banjar, dan Bekasi. Sedangkan kabupaten yang masuk Kuadran III, lanjutnya, yaitu Kabupaten Bandung. (win)

 

Related posts