Jadi Korban Trafficking Gara-gara Rebonding

Netty Heryawan menyerahkan media KIE Perdagangan Orang kepada anggota Geber di Sabuga, Jumat (31/8). (AVILA DWIPUTRA/JABARTODAY.COM)

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Penyebab trafficking alias perdagangan manusia ternyata banyak dipicu hal sepele. Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jabar Netty Heryawan mengaku pernah menemukan seorang remaja yang menjadi korban trafficking  hanya karena mendapat iming-iming bisa melakukan rebonding di Singapura. Nah, lho!

“Modus para pelaku tindak perdagangan manusia menggunakan cara yang tidak kita sangka. Dan, akhirnya kita terjebak dalam sebuah tindakan trafficking,” ujar Netty saat berbicara di hadapan ribuan siswa SMA dalam peluncuran Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Perdagangan Orang di Convention Hall Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jalan Tamansari, Bandung,  Jumat (31/8) siang.

Berbekal pengalaman ini itu, Netty mengimbau generasi muda untuk dapat memilih dan memilah tawaran kerja. Bila tawaran tersebut tidak masuk akal, lebih baik ditolak agar kita tidak terjebak dalam proses perdagangan manusia tersebut. “Kita harus rasional, maka itu kita harus lihat tawaran itu baik atau buruk,” tandas Netty.

Dikatakan Netty, tidak ada seorang ibu pun yang rela anaknya menjadi korban perdagangan manusia. Banyak faktor terjadinya tindak pidana ini, seperti pendidikan rendah yang dimiliki oleh sebagian masyarakat Indonesia. “Sosialisasi yang dilakukan adalah memperpanjang masa usia sekolah agar terhindar dari perbuatan trafficking,” sambung Nyonya Gubernur Heryawan ini.

Mahasiswa program doktor salah satu perguruan tinggi terkemuka ini mensinyalir gaya hidup instan serta modern menjadi salah satu pemicu merebaknya trafficking. Banyak remaja yang ingin mendapatkan sesuatu dengan cara mudah dan cepat. Kalau sudah begitu, trafficking sulit dihindari. “Saat ini kita sama-sama membunyikan alarm atas berbahayanya tindak pidana perdagangan manusia,” pungkas Netty.

Acara ini sendiri adalah hasil merupakan kerjasama Kementerian Perempuan dan Pemberdayaan Anak dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Jawa Barat melalui program Generasi Berencana (Geber). Program ini mendapat dukungan International Organization for Migration (IOM), United Nation Population Fund (UNFPA), serta Walk Free. Gerakan kepedulian masyarakat ini mengangkat tema “Zero Tolerance for Human Trafficking. We Are Not For Sale”. (AVILA DWIPUTRA)

Related posts