Buku Istanbul: Kota Kekaisaran, buah karya John Freely ini seungguhnya telah terbit belasan tahu silam dalam bahasa Inggris. Namun penerbit Alvabet Jakarta, pada Maret 2012 telah berhasil menerjemahkan buku ini dengan sangat memukau. Dari aspek sejarah, buku ini tentu sangatlah berharga terutama dalam memperkaya khasanah keilmuan di negeri ini.
Pengarangnya John Freely seolah sedang memaksa kita menapaki sebuah kota historis yang sangat mengasyikkan. Pasalnya kita seolah masuk ke masa yang sangat lampau kira-kira 2.600 tahun yang lalu.
Pembaca akan menyusuri sudut-sudut kota Istanbul yang cantik. Menengok tapak-tapak sejarah yang tertata apik di museum dan monumen. Hal lain yang tak kalah menariknya adalah, kita bisa menembus lorong waktu menuju masa silam dikala kota Istanbul menjadi koloni Yunani kuno.
Ia adalah suatu polis atau negara kota yang bernama Byzantium.
Kota Istanbul atau Byzantium menjadi sangat memukau karena memiliki nilai- nilai strategis. Ia berada diantara dua benua Asia dan Eropa serta dibelah oleh selat Bosporus yang sangat terkenal di seluruh dunia. Oleh karena itu, maka kota ini menjadi sangat kosmopolit, ia menjadi kota yang sangat dinamis karena disana terjadi persemaian antar budaya dari seluruh bangsa di dunia.
Menurut catatan ahli sejarah Turki, Byzantium sudah berusia 1.000 tahun disaat Konstantin Agung menjadikan ibukota Kekaisaran Romawi pada 300 Masehi. Kota ini kemudian sering berjuluk Konstantinopel atau kota Konstantin. Konstantinopel sering juga disebut sebagai kota yang dikelilingi karangan bunga air.
Saat Turki di pimpin Sultan Mehmet II, kota Konstantinopel ini berhasil direbut dan dikuasai pada 1453 melalui suatu perang yang hebat. Lalu Sang Sultan ini lantas mengganti nama Konstantinopel dengan nama Istanbul yang kemudian menjadi ibukota Kekaisaran Ustmaniyah.
Selama 470 tahun, Kekaisaran Usmani berkuasa hingga zaman berubah. Seorang Kemal Ataturk memimpin revolusi pada 1923 dan mendirikan apa yang disebut sebagai Turki modern yang berdiri di atas landasan nasionalisme dan berbentuk republik. Ataturk memindahkan ibu kota ke Ankara sebagai simbol pemutusan hubungan dengan masa lampau, baik Kekaisaran Usmani maupun Kekaisaran Romawi, yang telah menjadikan Konstantinopel atau Istanbul sebagai ibu kota kekaisaran.
Banyak peristiwa terjadi di kota tua ini yang berhasil diketengahkan John Freely selaku penulisnya. Ia berhasil menapaki fakta-fakta sejarah klasik Turki dan kota ini menjadi penanda aneka peristiwa sejarah selama 2.600 tahun. Kota ini mengalami pengepungan, penjarahan, penaklukan, perang saudara, huru-hara, wabah, kebakaran, hingga gempa bumi.
Freely menulis bahwa berbagai bangsa pernah mendiami kota ini. Mereka adalah bangsa Yunani, Romawi, Armenia, Yahudi, Arab, Makedonia, Byzantine, pasukan salib, hingga bangsa Turki.
Dalam pandangan John Freely, kota Istanbul ini memiliki jiwa yang kekal meskipun ia diterpa perubahan berbagai agama, politik, bahasa, budaya, hingga perang sekalipun. Buku yang cukup tebal ini terasa tidak membosankan untuk dibaca dan tentu saja menjadi salah satu buku yang menarik untuk dibaca. [Fathorrahman Fadli]