
JABARTODAY.COM – BANDUNG — Menjelang akhir 2017, lertumbuhan ekonomi nasional masih belum terlalu menggeliat. Itu terlihat pada masih melambatnya kinerja sektor properti.
“Bisnis real estat belum berada pada titik awal karena tengah melambat. Jika membandingkannya dengan pencapaian akhir 2013 atau awal 2014, perkembngannya baru berada pada level 71 persen. Harapannya, tahun depan, kembali bergairah dan terus bertumbuh sehingga kondisinya sama dengan 2014,” tandas Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Real Estat Indonesia (REI), Soelaeman Soemawinata, pada Musyawarah Daerah REI XI Jabar Tahun 2017 di Trans Luxury Hotel, Jalan Jenderal Gatotsubroto Kota Bandung, belum lama ini.
Soelaeman menuturkan, melambatmya perumahan terlihat pada perkembangan pembangunan rumah. Diungkapkan, sejauh ini, pihaknya mencatat pembangunan rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) atau rumah bersubsidi belum mencapai proyeksi 2018, yang angkanya 220 ribu unit. “Realisasinya baru 168 ribu unit. Walau begitu, kami optimis, hingga akhir tahun ini, target pembangunan rumah terealisasi. Dugaan kami, banyak pengbang yang melaporkannya, termasuk Jabar, yang berkontribusi terbesar rumah subsidi,” paparnya.
Menurutnya, lambatnya pertumbuhan pembangunan rumah itu, tidak tertutup kemungkinan karena berbagai faktor. Dia berpandangan, masih ada beberapa kendala sektor perumahan, di antaranya berkaitan dengan lahan dan perizinan.
Menyikapi hal itu, ungkap dia, bersama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), pihaknya ambil bagian dalam evaluasi mana Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU-Pera) yang efektif dan tidak. “Evaluasi lainnya, apakah perlu penambahan, penghilangan, atau penambahan pengurangan pasal,” seru Soelaeman.
Karenanya, sahut dia, pihaknya mendorong terbitnya kebijakan, utamanya, pada segi ekonomi, pajak, bunga, dan perizinan. Contohnya, sebut dia, rata-rata suku bunga perbankan masih tinggi.
Satu di antaranya, suku bunga konstruksi perbankan pemerintah masih double digit, yaitu 12 persen. Padahal, lanjutnya, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) berada pada level 4,25 persen. Ironisnya, suku bunga konatruksi perbankan pemerintah itu lebih tinggi daripada suku bunga perbankan swasta yang beberapa di antaranya menetapkan single digit, sekitar 9 persen. (win)