Ingin Tahu Soal Wayang? Datang ke Helar Wayang

Jumpa pers menjelang Helar Wayang, di RM Bumbu Desa, Jalan Laswi, Jumat (7/12).

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Sembilan tahun usai ditetapkannya wayang sebagai Karya Agung Budaya Tak Benda oleh Unesco, [sunda-sampaar] sebagai komunitas kreatif yang menitipkan perhatian lebih kepada kegiatan budaya dan terdiri dari berbagai kalangan, baik seniman, aktivis, pengusaha hingga wartawan, mengadakan Helar Wayang di Gasibu, 16-22 November 2012.

Helar sendiri adalah memperlihatkan pada orang banyak, yang diambil dari Bahasa Sunda, sedangkan Wayang adalah objek yang akan ditampilkan tersebut. Jadi, festival tersebut untuk mempertunjukkan wayang kepada masyarakat lokal, bahkan dunia.

Seperti dikatakan Direktur Kreatif [sunda saampar] dan penggagas acara tersebut, Adi Irwana Truna, ini juga untuk melestarikan nilai ke-Sundaan yang makin terkikis di masyarakat saat ini.

“Wayang milik dunia. Festival ini untuk memperkenalkan wayang kepada masyarakat. Bagaimana masyarakat ingin tahu wayang dunia, bila tidak tahu soal wayang indonesia,” ujarnya dalam jumpa pers di RM Bumbu Desa, Jalan Laswi, Jumat (7/12).

Adi juga menyampaikan, bahwa festival tahun ini akan menjadi trigger bagi kegiatan tahun depan. Serta menjadi agenda nasional tahunan atau Hari Wayang Nasional. “Acara ini sendiri sudah kita rencanakan sejak 2 tahun lalu, hanya saja baru kali ini dapat terselenggara berkat kerjasama banyak pihak,” jelasnya.

Mengenai waktu kegiatan yang diadakan seminggu, Adi menuturkan, bahwa hal tersebut didasarkan ungkapan masyarakat Sunda hajat tujuh poe tujuh peuting. Yang didalamnya berisi kegiatan ragam kreasi seni dari berbagai komunitas kreatif di Bandung pada siang hari, sedangkan malam harinya pertunjukkan wayang dari berbagai daerah. “Karena pertunjukkan wayang tidak cocok diadakan siang hari,” singkatnya.

Pertunjukkan wayang sendiri akan dibuka oleh dalang terkenal, Ki Manteb Sudarsono dan ditutup Asep Sunandar Sunarya, selama semalam suntuk. Untuk dalang lainnya, akan diberikan waktu 2 jam memperlihatkan kebolehan mereka masing-masing.

“Kita memilih Gasibu, untuk mendekatkan diri pada rakyat, ditambah wayang tidak cocok untuk acara indoor. Kalau kita menggunakan gedung, terkesan eksklusifitas, padahal wayang adalah kesenian rakyat,” kata Adi memberikan alasan memilih Gasibu sebagai lokasi kegiatan.

Faktor lain dirinya mengadakan festival tersebut, disebut Adi, karena belum ada acara yang dikemas dengan nilai kearifan lokal tinggi. “Dan kita tidak ingin kecolongan lagi oleh klaim Malaysia. Mengapa itu terjadi? Karena kurangnya kita menjaga nilai tradisional tersebut,” imbuhnya.

Festival Apresiasi Wayang Indonesia yang bertemakan Bandung Wayang Heritage ini berisikan jenis pertunjukkan wayang dari berbagai daerah, seperti Wayang Sasak dari Lombok. Ada juga, pertunjukkan tari yang berbasiskan wayang, serta kemasan wayang yang diperlihatkan secara kepenarian dan bodoran, seperti Tari Topeng Losari dan Wayang Catur.

“Pada acara tahun depan akan kita undang wayang mancanegara, seperti wayang vietnam. Dan semoga acara ini sukses secara konseptual,” tutupnya. (AVILA DWIPUTRA)

Related posts