Indonesia Ibarat Orang Besar Tapi Sedang Diinfus

JABARTODAY.COM – JAKARTA

Kondisi Bangsa Indonesia saat ini ibarat seorang yang berbadan sangat besar namun tidak sehat karena tubuhnya sedang dalam keadaan diinfus, sehingga tidak bisa memiliki kekuatan yang memadai untuk bisa berdiri tegak dan sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju.

Pendapat itu dikemukakan pakar politik dari Universitas Nasional Dr. Firdaus  Syam dalam seminar bertajuk, “Pancasila Sakti Sebagai Perekat Integrasi Bangsa” yang diselenggarakan Badan Perwakilan Mahasiswa  Institute Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, Sabtu (29/9).

“Bangsa ini memang sangat menyedihkan, kita kalah jauh dengan negara kecil tetangga kita seperti Singapore dan Malaysia, juga Philipina,” keluh Firdaus Syam.

Menurut Firdaus, hal itu disebabkan karena bangsa Indonesia telah terseret jauh keluar dari filosofi dan ideologi dasar bangsanya yakni Pancasila. Pancasila hanya diletakkan disaku kantong belakang dan dikubur begitu rupa dalam praktik penyelenggaraan negara. “Kita telah keluar dari akar budaya bangsa kita,” jelas penulis lima belas judul buku ilmiah ini.

Firdaus mengkritik keras praktik demokrasi Indonesia yang telah melenceng dari akar tradisi dan budaya bangsa Indonesia. “Saya termasuk orang yang menentang keras praktik pemilihan langsung, lihat apa yang terjadi sekarang, bangsa ini menjadi hancur, integrasi sosial rusak, gotong royong hilang, sikap ramah tamah hilang dan seterusnya,” paparnya.

Dimana-mana masyarakat mudah sekali tersulut emosinya untuk merusak hanya karena hal sepele. “Ada kejadian di Lampung, ngadu ayam kalah, lalu berantem antar kampung sampai merembet ke kecamatan, ini kan gila,” ucap Firdaus getir.

Firdaus mengimbau kepada seluruh elit politik di DPR dan para pemangku pemerintahan agar mengkaji kembali sistem politik yang saat ini berjalan, karena dinilainya telah melenceng jauh dari Pancasila dan UUD 1945.

“Demokrasi yang dibangun oleh para pendiri bangsa Indonesia adalah demokrasi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, itu jelas sekali. Kita malah pakai demokrasi impor, ya tentu sangat tidak tepat, karena bukan budaya kita,” jelasnya.

Selaku ilmuan bidang politik Firdaus menegaskan bahwa demokrasi liberal yang saat ini berjalan, hanya akan menguras energi positif bangsa ini. Kita tidak sadar bahwa sesungguhnya kita telah salah arah.

“Ongkos demokrasi liberal itu sangat mahal, bukan hanya uang, tetapi nilai-nilai budaya bangsa ini telah terbuang percuma, kita harus menghidupkan kembali demokrasi yang berakar pada budaya bangsa ini yakni demokrasi Pancasila,” tegasnya. [far]

 

Related posts