Ikuti Kejuaraan Basket, Atlet Dimintai Pungutan

Perwakilan orang tua atlet, Rachmanto Sudardjat memperlihatkan bukti pungutan terhadap atlet untuk mengikuti kejuaraan, di Gedung Indonesia Menggugat, Rabu (22/2). (jabartoday/avila dwiputra)

JABARTODAY.COM – BANDUNG Sejumlah orang tua atlet bola basket mempertanyakan adanya pungutan yang diminta agar anaknya dapat masuk ke dalam tim yang akan mengikuti kejuaraan. Jumlah pungutan yang diminta pun bervariasi jumlahnya, dari Rp 750 ribu hingga Rp 2,5 juta, yang dapat meloloskan atlet masuk ke dalam tim untuk membela Kota Bandung di kejuaraan yang diikuti.

Pemerhati bola basket Kota Bandung yang juga perwakilan orang tua atlet, Rachmanto Sudardjat membeberkan, saat akan mengikuti Kejuaraan Nasional 2015 di Jakarta, atlet diminta uang oleh Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia Kota Bandung sebesar Rp 1,5 juta. “Lalu untuk Kejuaraan Daerah 2016 di Cimahi diminta Rp 750 ribu, dan Kejurnas 2016 sebesar Rp 2,5 juta per anak,” sebut Rachmanto, di Gedung Indonesia Menggugat, Rabu (22/2).

Rachmanto memaparkan, menurut Perbasi Kota Bandung, uang tersebut untuk persiapan atlet menuju kejuaraan, seperti transportasi maupun akomodasi. Pasalnya, Perbasi tidak memiliki dana untuk mengirimkan atlet ke kejuaraan yang diikuti para atlet tersebut. Padahal, berdasar observasi yang dilakukan dirinya di sejumlah daerah, seperti Majalengka atau Cirebon, tidak ada pungutan yang dilakukan kepada atlet. “Tidak pernah ada pungutan, cuma di Kota Bandung. Bahkan, di Majalengka, tiap atlet diberikan uang saku Rp 550 ribu,” tukas Rachmanto.

Perbasi beralasan, dikatakan Rachmanto, KONI tidak mengeluarkan dana untuk mengikuti sejumlah kejuaraan tersebut. Maka itu, Perbasi berdalih pungutan yang dilakukan adalah untuk akomodasi juga transportasi atlet menuju kejuaraan, dan berbentuk pinjaman yang akan dikembalikan bila dana dari KONI sudah cair. “Padahal banyak sponsor yang terlibat, terlihat dari jersey-nya,” singkat dia.

Maka itu, pihaknya akan menempuh jalur hukum bila tidak ada tindak lanjut terkait masalah ini. Pasalnya, Rachmanto menuturkan, praktik seperti ini sudah berjalan sekitar sepuluh tahun. Bila tidak dihentikan, dikhawatirkan bibit atlet-atlet basket yang bagus akan tergerus, karena tidak memiliki kesempatan menunjukkan kemampuan, akibat tidak memiliki uang. “Ada beberapa atlet yang bagus, namun tidak terpilih karena tidak memiliki uang. Dan ini segera mungkin harus berakhir,” tegas Rachmanto.

Sementara itu, Ketua Umum Perbasi Kota Bandung Djadjat Sudradjat mengklaim, iuran tersebut diberlakukan setelah melalui kesepakatan dengan para orang tua. “Tidak ada pungutan, itu kebersamaan dari orangtua atlet yang disepakati bersama,” ucapnya.
Menurut Djadjat, iuran itu terpaksa diberlakukan karena Perbasi Kota Bandung belum mendapat anggaran dari KONI saat Kejurda 2016. Hal serupa terjadi ketika Kota Bandung ditawari mewakili Jabar di Kejurnas di tahun yang sama di mana tak ada kucuran dana dari Perbasi maupun KONI Jabar. (vil)

Related posts