Hujan Membunuh Hasil Pertanian

Dewan Pakar Forum Ekonomi Jawa Barat menjelaskan soal dampak banjir terhadap ketersediaan pangan, Sabtu (25/1/2014). dari kiri-kanan: Rochadi Tawaf, Ina Primiana, Nursuhud, Tommy Perdana. (JABARTODAY/AVILA DWIPUTRA)
Dewan Pakar Forum Ekonomi Jawa Barat menjelaskan soal dampak banjir terhadap ketersediaan pangan, Sabtu (25/1/2014). dari kiri-kanan: Rochadi Tawaf, Ina Primiana, Nursuhud, Tommy Perdana. (JABARTODAY/AVILA DWIPUTRA)

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Banjir ternyata memiliki dampak yang luar biasa. Tidak hanya masyarakat yang harus mengungsi dan melihat rumahnya terendam air, namun juga hasil pertanian ikut terkena imbasnya. Hujan yang turun cukup ekstrem 2 bulan terakhir ini disebut-sebut membunuh hasil pertanian nasional.

“Dua bulan terakhir ini membunuh. Meski tanaman butuh air, dengan debit air yang tinggi, tanaman seperti teracuni,” ujar Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Nursuhud, di Rumah Makan Sindang Reret, Jalan Surapati, Sabtu (25/1/2014).

Nursuhud yang juga anggota Dewan Pakar Forum Ekonomi Jawa Barat menyatakan, tanaman padi paling dirugikan dengan curah hujan yang sangat tinggi. Dikarenakan, katanya, yang seharusnya padi dipanen malah tidak, begitupun sebaliknya. Tak hanya padi, jagung, kedelai, bahkan durian juga mengalami problem yang sama. “Hal ini merugikan petani. Maka itu, pemerintah harus turun tangan menangani masalah ini,” tegas Nur.

Ada beberapa solusi yang dipaparkan dirinya menyikapi cuaca yang tidak menentu untuk beberapa bulan ke depan. Pertama adalah dengan melakukan peningkatan diversifikasi pangan, mengurangi konsumsi nasi, mengoptimalkan lahan kering, mengurangi penggunaan bahan bakar karbon. “Dan menggunakan rumah plastik untuk melindungi hasil pertanian. Memang biayanya cukup besar, maka itu pemerintah harus turun tangan,” terangnya.

Tommy Perdana, pengamat pertanian Unpad, menambahkan, bahwa Februari hingga April adalah masa rawan untuk dunia pertanian, itu tidak terlepas dari hujan yang akan terus mengguyur. “Jangan hanya berpikir ketika banjir, tapi pasca-nya juga. Bagaimana cara meningkatkan suplai usai waktu-waktu rawan kemarin,” imbuhnya. (VIL)   

Related posts