Heryawan Dorong Pelajar Jadi Pengusaha

Suasana di salah satu acara bursa kerja. Gubernur Heryawan mendorong peserta pelatihan ESQ mau menjadi pengusaha. (REPRO BARAYA POST)

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan berulang-ulang memberikan pertanyaan yang sama kepada sedikitnya 270 peserta pelatihan ESQ di Gedung Pakuan, Jalan Otto Iskandardinata, Minggu (5/8) sore. Siapakah yang ingin menjadi pengusaha? Demikian pertanyaan yang terus diulangi Heryawan. Dia juga mengganti kata pengusaha dengan pedagang, businessman, saudagar, dan orang kaya.

Mendapat pertanyaan berulang-ulang, sejumlah peserta yang berasal dari berbagai sekolah di Bandung tersebut tampak ragu-ragu mengangkat tangan. Pada saat pertanyaan diajukan, hanya beberapa gelintir peserta mengangkat tangan. Pun ketika Heryawan bertanya siapa di antara mereka yang ingin menjadi orang kaya.

Setelah Heryawan menjelaskan bahwa tidak ada pertentangan antara kaya dengan ketaqwaan seseorang, barulah peserta yang mengangkat tangan bertambah. Terlebih ketika Heryawan menjelaskan bahwa 10 dari pintu rejeki yang diberikan Allah swt diberikan kepada pedagang atau pengusaha.

“Pedagang, pengusaha, businessman maupun saudagar, artinya itu-itu juga. Tidak ada pertentangan antara kaya dengan taqwa. Keduanya bisa bersamaan. Mending kaya dan taqwa daripada taqwa tapi miskin,” kata Heryawan disambut aplause peserta.

Ketika dicegat usai memberikan sambutan, Heryawan mengaku sengaja mengulang-ulang pertanyaan yang sama untuk memotivasi pelajar agar mau menjadi pengusaha. Alasannya, Indonesia masih defisit pengusaha. Hanya para pengusaha yang kelak bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

“Dalam ekonomi makro, sebuah negara membutuhkan minimal 2-4 persen pengusaha dari total penduduknya. Sementara Indonesia baru memiliki 0,2 persen pengusaha. Ilmu ekonomi ini sejalan dengan perintah agama dengan cara membuka pintu rejeki lebih banyak kepada pengusaha,” tegas Heryawan.

Di bagian lain, Heryawan mengutip empat pertanyaan yang dikemukakan Al-Gazali dalam Ihya Ulumuddin. Keempat pertanyaan itu terdiri atas posisi seseorang saat ini, seseorang pada masa yang akan datang, kenangan masyarakat ketika seseorang telah meninggal, dan kondisi kematian yang dirancang oleh seseorang.

Bagi Heryawan, pertanyaan-pertanyaan tadi penting untuk dijawab setiap muslim. Empat pertanyaan itulah yang akan memandu seseorang dalam berperilaku di masyarakat. “Pertanyaan tadi mestinya dijawab setiap muslim pada usia 10-12 tahun. Cuma saja, kita sering terlambat. Saya juga terlambat menjawab pertanyaan itu,” pungkas Heryawan.(NJP)

Related posts