JABARTODAY.COM – BANDUNG Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Haryono Umar mengakui telah menurunkan satu tim beranggotakan empat orang ke Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
“Benar kami sudah menurunkan satu tim yang terdiri dari empat orang. Ini dilakukan karena ada pengaduan dari masyarakat terkait dugaan penyimpangan anggaran di sana (UPI, red). Ini merupakan kewajiban bagi inspektorat untuk menindaklanjuti setiap aduan dari masyarakat,” ujar Haryono kepada jabartoday.com melalui telepon selularnya, Jumat (19/09/13).
Ditanya apakah sudah ada temuan, Haryono mengungkapkan bahwa timnya masih melakukan audit menyeluruh. “Kami belum menerima informasi dari tim di lapangan. Hasil sepenuhnya pasti akan kami dapat setelah audit selesai,” tukas Haryono.
Seperti diketahui, laporan masyarakat yang disampaikan ke Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadukan dugaan alih fungsi Gedung Training Centre dan Dormitori menjadi “Isola Resort”; dugaan penyimpangan pembangunan gedung Training centre di Kota Serang, Provinsi Banten; dugaan penyimpangan juga penghamburan dana yang bersumber dari masyarakat; dugaan rangkap jabatan dan tunjangan ganda; hingga pembiaran pelanggaran akademik dan administrasi.
Menindaklanjuti pengaduan masyarakat itu, Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menerjunkan tim yang terdiri dari empat orang auditor untuk menyelidiki dugaan korupsi dalam kasus keluyuran ke luar negeri, di salah satu ruangan di Gedung University Center (UC) UPI, Jum’at (19/07/2013).
Pemeriksaan terhadap para pejabat UPI berlangsung tertutup. Wartawan yang akan meliput pertemuan itu pun dilarang masuk ke gedung UC UPI. “Mereka panik ketika dimintai keterangan oleh auditor Inspektorat Kemdikbud soal dugaan penyimpangan dana. Auditor juga menyita seluruh paspor pejabat UPI,” ujar sumber Jabartoday.com. Dugaan penggunaan anggaran pelesiran para pejabat UPI yang dibungkus dengan studi banding dan penjajagan kerjasama internasional dengan universitas di luar negeri itu menelan dana milyaran rupiah. (Rommy Roosyana)