Harga Properti Bandung Lewati Nasional

jabartoday.com/net
jabartoday.com/net

JABARTODAY.COM – BANDUNG — Tidak heran apabila sektor properti di Jabar, khususnya, Kota Bandung, memiliki prospek yang menjanjikan. Pasalnya, sejauh ini, harga properti residensial di kota berjuluk Parisj van Java tersebut lebih mahal daripada nilai rata-rata perumahan di 20 kota besar negara ini.

“Survey harga properti residensial triwulan terakhir tahun lalu naik. Kenaikannya lebih tinggi 2,6 persen daripada triwulan III 2014,” tadnas Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah Jabar, Rosmaya Hadi, di BI Kantor Perwakilan Jabar, Jalan Braga Bandung, Senin (9/2).

Rosmaya meneruskan, ada beberapa hal yang menyebabkan harga jual properti residensial di Kota Kembang naik. Di antaranya, sebut dia, terjadinya kenaikan permintaan. Mengacu pada hasil survey, lanjutnya, angka indeks harga properti residensial melebihi penggabungan harga properti 20 kota di Indonesia. Artinya, harga jual properti residensial di Kota Bandung melebihi harga rata-rata nasional.

Dia berpendapat, sebaiknya, cermati perkembangan harga jual properti residensial tersebut. Hal itu, jelasnya, berkaitan dengan tingkat kredit macet atau non-performing loans (NPL). Diutarakan, seandainya NPL melebihi 5 persen, tidak tertutup kemungkinan, konsumen properti residensial adalah kalangan spekulan. “Tapi, sejauh ini, NPL properti di Kota Bandung masih berada pada level psikologis. Artinya, belum melewati angka 5 persen,” jelas Rosmaya.

Wahyu Ari Wibowo, Assistant Director Team Leader Statistisk BI Kantor Perwakilan Bandung, berpendapat, bisnis properti di kota Bandung tergolong unik. Pasalnya, terang dia, nilai jual properti sama dengan harga jual hunian di ibu kota. Bahkan, sambung dia, tidak sedikit perumahan di pusat Kota Bandung yang harga jualnya melebihi Jakarta.

Wahyu mengiyakan, bahwa tingginya permintaan menyebabkan harga jual properti di Kota Bandung melejit. Tidak itu saja, tambahnya, segmen pasarnya pun bukan hanya publik Kota Bandung, melainkan luar kota kembang. Utamanya, sahut dia, konsumen asal Jakarta dan sekitarnya.

Lain halnya dengan properti komersil, semisal, perkantoran, kondominium, atau pertokoan. Kondisi properti komersil, pertumbuhannya lebih lambat. Hal itu berakibat harga hunian komersil turun. Wahyu melanjutkan, berdasarkan survey, periode triwulan IV 2014, harga jual kondominium merosot 0,33 persen. Penyebabnya, jelasnya, baik apartemen maupun kondominium di Kota Bandung mengalami pertumbuhan yang pesat.

Berbicara soal sudah terjadi atau belumnya crash bubble properti di Bandung, Wahyu menegaskan, sejauh ini, kondisinya tergolong masih aman. Itu berarti, jelas Wahyu, sejauh ini, pihaknya belum melihat adanya crash bubble properti, khususnya, di Kota Bandung. (ADR)

 

Related posts