Harga Berpotensi Turun, Saatnya Beli Emas

harga-emas.com
JABARTODAY.COM – BANDUNG — Memasuki 2017, sepertinya menjadi momentum bagi para pecinta emas. Pasalnya, harga jual emas berpotensi turun. “Emas adalah komoditi yang bersifat melindungi aset. Harga emas bergantung pada harga jual dolar Amerika Serikat (AS). Selama dolar AS menguat, harga emas terpuruk. Saat ini, dolar AS terus menguat. Ini berarti, harga jual emas tidak mengalami kenaikan, bahkan berpotensi turun,” tandas Asep Saefuddin, Branch Manager PT Trimegah Securitas Bandung, di tempat kerjanya, Rabu (4/2).
Dikatakan, pada akhir 2016, harga jual emas senilai 1.162 dolar AS per troy-ons. Menurutnya, melihat perkembangan penguatan dolar AS selama beberapa waktu terakhir dan kemudian kondisinya berlanjut, harga jual emas berpotensi di bawah 1.100 dolar AS per troy-ons.
Berbicara soal pasar modal, Asep berpendapat, prediksinya, menunjukkan tren positif. Asing, kata Asep, memperkirakan nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun ini berada pada level Rp 5.900. Memang, kata Asep, sempat ada masalah berkenaan dengan situasi GP Morgan. Akan tetapi, secara umum, ekonomi Indonesia berpeluang tumbuh positif.
Asep menyatakan, ada beberapa sektor yang berpeluang besar bertumbuh. Antara lain, ucapnya,  infrastruktur. Ini, jelasnya, berkaitan dengan program pbangunan pemerintah. Kemudian, lanjutnya, meningkatnya daya beli mendorong sektor konsumsi. Artinya, terang dia, sektor konsumsi pun berpotensi tumbuh. “Pun demgan perbankan,” sahutnya.
Soal ekspor,  Asep menuturkan, sektor ini juga punya peluang bertumbuh. Dasarnya, kata Asep, menguatnya dolar AS ditambah harga jual minyak dunia yang kini bernilai 50 dolar AS per barel, harga batu bara, yang kini sejumlah 89 dolar AS, termasuk membaiknya harga crude palm oil (CPO). “Ekspor nasional non-gold bergantung pada kondisi harga minyak dunia, kurs dolar AS, dan batu bara. Jika 3 komponen itu menguat, berefek positif pada ekspor dan GDP nasional,” paparnya.
Jadi, tegas Asep, pihaknya optimis, pertumbuhan ekonomi nasional dapat sesuai dengan asumsi pemerintah (APBN) dan Bank Indonesia. “Yaitu berada pada level 5 persen,” tutupnya. (win) 

Related posts