Garut Miliki Areal Jagung Terluas

bisnisukm
bisnisukm

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Potensi agrobisnis Jawa Barat begitu luar biasa. Salah satu buktinya, Tatar Pasundan menjadi provinsi tertinggi dalam hal produktivitas komoditi jagung.
 
Menurut Kepala Bidang Produksi Pertanian dan Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jabar Uneef Permadi, dalam beberapa tahun terakhir, produktivitas jagung Jabar yang tertinggi di Indonesia. Rata-rata, sebut dia, produktivitas jagung nasional sekitar 5,3 ton per hari.
 
Dikatakan, produk jagung Jabar terus mengalami peningkatan. Disebutkan, dua tahun lalu, produksi jagung Jabar sekitar 6,9 ton per hektare. “Tahun lalu, meningkat menjadi 7,1 ton per hektare. Perkiraannya, tahun ini, kembali naik menjadi 7,2 ton per hektare,” ujar Uneef, saat dihubungi, Senin (24/2/2014).
 
Uneef mengungkapkan, tahun ini, Jabar memproyeksikan produksi jagung sejumlah 1.102.505 ton PK (pipilan kering). Itu, lanjut dia, lebih tinggi daripada realisasi tahun lalu, yang mencapai 1.101.997 ton PK.
 
Guna menopang dan merealisasikan proyeksi peningkatan produktivitas jagung, Uneef menyatakan, pihaknya melakukan berbagai upaya. Diantaranya, mempersiapkan areal lahan perkebunan jagung yang luasnya sekitar 186.267 hektare. Areal tersebut, jelas Uneef, tersebar di beberapa kota-kabupaten.
 
Adalah Kabupaten Garut, tutur Uneef, yang menjadi daerah terluas arealnya. Di kabupaten tersebut, ucap Uneef, luas lahannya sebesar 70.000 hektare. “Berikutnya, Kabupaten Majalengka. Luasnya 19.000 hektare. Lalu, Kabupaten Sumedang seluas 16.000 hektare. Selanjutnya, Kabupaten Sukabumi yang luasnya 15.800 hektare. Kemudian Kabupaten Bandung Barat seluas 13.000 hektare, dan Tasikmalaya seluas 10.500 hektare,” paparnya.
 
Meski demikian, Uneef menggaransi bahwa areal-areal jagung tersebut tidak mengganggu padi. Pasalnya, terang dia, pemanfaatan arealnya hampir 70 persen merupakan lahan kering. Tidak itu saja, tambahnya, sifat jagung yaitu sumpang sari. “Artinya, jagung bermanfaat sebagai tanaman selingan,” sahut Uneef.
 
Mengenai animo para petani, Uneef berpendapat, sejauh ini, masih tinggi. Memang, aku Uneef, sampai kini, tidak seperti beberapa komoditi lain, jagung tidak memiliki harga patokan pemerintah (HPP). Kendati demikian, imbuh dia, harga jual pada level petani tergolong tinggi, yaitu Rp 2.500-3.800 per kilogram.
 
Hal lainnya yang membuat animo petani masih positif karena permintaan dan penyerapannya tergolong positif. Menurutnya, industri pakan ternak menyerap sekitar 70 persen produksi jagung. “Sekitar 30 persen sisanya,adalah pemenuhan konsumsi masyarakat,” tutup Uneef. (ADR)

Related posts