Enggartiasto Lukita: Persembahkan Karya Terbaik Alumni UPI untuk Bangsa

”]matanews.com

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Enggartiasto Lukita, Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI), lahir di Cirebon, 12 Oktober 1951, terpilih secara aklamasi dalam Kongres IKA UPI 2011 yang berlangsung di Hotel Savoy Homan, Bandung akhir Maret 2011 lalu.

Mayoritas Komisariat Daerah (Komda) IKA UPI seluruh Indonesia, memilih suami  Peggy Lukita (Kho Pik Hiang) ini untuk menakhodai IKA UPI periode pengabdian 2011-2016, setelah sebelumnya IKA terbelah menjadi dua kubu.

Usai terpilih, Enggartiasto mengungkapkan bahwa seluruh alumni UPI yang mencapai ratusan ribu harus bersatu, bahu-membahu mengangkat harkat dan martabat guru dan membenahi mutu pendidikan nasional.

“Bukan saatnya kita berseberangan. Janganlah kita selalu melihat ke belakang, melihat kaca spion. Cukup sekilas saja sekedar sebagai cermin untuk masa depan. Kita harus melihat ke depan, karena nasib alumni UPI yang mayoritas berkiprah di sektor pendidikan harus kita perhatikan. Selain itu, bangsa ini sedang menunggu kiprah dan peran alumni UPI dalam membangun bangsa,” ujar Enggar panggilan akrab alumni Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FPBS IKIP Bandung ini.

. Enggartiasto Lukita terpilih secara aklamasi sebagai ketua tim formatur Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) periode 2011-2016 dalam Kongres IV IKA UPI yang digelar di Savoy Homann Bidakara Hotel Bandung,  akhir Maret 2011 lalu. Selanjutnya, anggota Komisi I DPR RI ini mendapat mandat penuh untuk membentuk kepengurusan lengkap, termasuk di dalamnya melanjutkan proses penyatuan IKA UPI.

Enggartiasto yang pada periode sebelumnya mendapat kepercayaan melanjutkan kepemimpinan almarhum Dr Sofjan Taftazani MPd berjanji akan menuntaskan tanggung jawabnya dalam menyusun kepengurusan selambatnya dua bulan ke depan. Dalam menjalankan tugasnya, deklarator organisasi masyarakat Nasional Demokrat (Nasdem) ini akan dibantu empat anggota formatur yang terdiri atas Prof Dr Aim Abdulkarim MPd, Dr Berliana Kartakusumah MPd, Prof Dr Sholeh Hidayat, dan Kusnandar SPd. Enggartiasto juga mengaku akan berkonsultasi kepada Popong Otje Djundjunan, tokoh Sunda yang pada periode sebelumnya menjadi penasehat IKA UPI.

“Kongres mengamanatkan untk menyusun kepengurusan dan melanjutkan proses penyatuan IKA dalam enam bulan ke depan. Namun demikian, saya optimistis pekerjaan ini akan selesai selambatnya dua bulan ke depan. Saya akan berusaha mengakomodasi setiap komponen alumni untuk bersama-sama membangun dan membersarkan IKA UPI di pentas nasional,” tandas Enggartiasto sesaat setelah dinyatakan terpilih sebagai ketua tim formatur.

Mantan Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) ini mengaku terus berkomunikasi dengan Teten Masduki, tokoh gerakan antikorupsi yang didaulat memimpin organisasi alumni UPI lainnya. Menurutnya, komunikasi dengan Teten berlangsung hangat karena memang selama ini tidak ada konflik kepentingan di antara keduanya. Untuk menegaskan tekadnya dalam proses rekonsiliasi IKA UPI, Enggartiasto tidak segan-segan untuk menolak jabatan ketua umum manakala peserta kongres tidak bersedia bersatu dengan komponen organisasi alumni lainnya.

Bersalaman dengan Teten Masduki bersepakat melakukan islah disaksikan Rektor UPI Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. Mereka satu pendapat segera membentuk kembali pengurus IKA-UPI secara bersama-sama (beritaupi.edu)

Bahkan, Enggartiasto secara halus menolak ditetapkan sebagai ketua umum definitif sebelum terjadinya proses penyatuan IKA UPI dengan organisasi alumni UPI lainnya. “Saya sudah menyatakan bersedia menjadi ketua umum. Namun demi menjaga etika organisasi dan fatsun politik, saat ini saya hanya bersedia menjadi ketua tim formatur. Jangan mendahului karena itu akan memicu kekecewaan di pihak lain. Itu tidak elok,” papar politikus Partai Golkar ini.

Sikap seorang negarawan dan sosok alumni yang mengayomi memang sudah ditunjukkan Enggartiasto selama proses kongres berlangsung. Meski semua persiapan kongres maupun seminar nasional disiapkan panitia di bawah kendalinya, pria kelahiran Cirebon 12 Oktober 1951 silam ini menegaskan bahwa acara tersebut merupakan kegiatan bersama seluruh komponen alumni. “Saya dan Kang Teten (Teten Masduki, red) menyiapkan ini bersama-sama,” ujarnya saat membuka kegiatan.

Di bagian lain, Ketua Panitia Didin Saipurin PhD menjelaskan, kongres diikuti 30 dari 34 komisariat yang sudah teregistrasi di pengurus pusat IKA UPI periode 2006-2011. Doktor lulusan negeri jiran Malaysia ini mengaku bersyukur kongres maupun seminar berlangsung lancar dan aman. Kekhawatiran akan adanya resistensi dari kelompok lain yang mengklaim sebagai organisasi alumni ternyata tidak terjadi. Kongres dimulai sesaat setelah seminar nasional bertajuk “Menggagas Profil Guru Masa Depan” usai dan berakhir pukul 21.00 WIB.

Mantan Ketua Senat Mahasiswa IKIP Bandung (SMIB) ini juga bangga karena kongres mendapat sambutan hangat sesepuh IKA UPI maupun pimpinan universitas. Melengkapi kebanggaan tersebut, IKA UPI juga memberikan penghargaan khusus kepada para mantan ketua umum IKA UPI setiap generasinya. Mereka adalah Prof Dr Jusuf Amir Feisal, Drs Zulkabir MPd, Prof Dr Asmawi Zainul Med, Prof Dr Fakry Gaffar MEd, Prof Dr Said Hamid Hasan MA, dan alharhum Dr Sofjan Taftazani MPd.

Suasana haru begitu terasa saat Ketua Umum IKA UPI Enggartiasto Lukita menyerahkan penghargaan kepada istri almarhum Sofjan Taftazani. “Pak Sofjan ini orang baik. Bagi almarhum, semua orang itu baik,” ujar Enggar dengan mata berkaca-kaca.

Berbincang bersama Surya Paloh dan Yusuf Kalla usai berlangsungnya pembekalan caleg, jurkam dan bappilu Partai Golkar Bali di Gianyar, Bali, Jumat (2/1/1999). Pembekalan tersebut untuk mematangkan strategi Partai Golkar dalam menghadapi pemilu 1999. FOTO ANTARA/Saptono

Persembahkan Kontribusi terbaik untuk Bangsa

Sebelum mengenyam pendidikan sarjananya di IKIP Bandung  (1969-1977), Enggartiasto Lukita melewati pendidikan dasar (1963) dan menengahnya (SMP 1963-1969 dan SMA 1966-1969) di Cirebon, Jawa Barat.  Engggar yang kini anggota DPR RI 2004-2009 dari Partai Golkar yang juga pendiri Ormas Nasional Demokrat ini, menegaskan, alumni UPI yang tersebar di seluruh Indonesia merupakan kekuatan yang besar dalam turut membawa Indonesia  menjadi bangsa yang cerdas, terampil dan berkarakter.

“Kita berharap alumni UPI yang berkiprah di setiap sektor kehidupan bangsa harus menjadi teladan bagi lingkungannya, dan memberi manfaat bagi setiap orang. Persembahkan karya dan kinerja terbaiknya kita untuk bangsa,” seru Ketua Umum REI periode 1992-1995 ini.

Kondisi pendidikan nasional, tegas Enggar, butuh visi yang jauh ke depan. Karena itu ia berharap Menteri Pendidikan Nasional mesti yang memiliki latar belakang pendidikan LPTK.

.”]“Saya berharap, suatu saat alumni UPI atau alumni perguruan tinggi LPTK yang lain harus ada yang menduduki sebagai Mendiknas. Bila alumni UPI dipercaya, saya yakin, kondisi pendidikan di Indonesia akan lebih baik,” ujarnya.

 

Wakil Rakyat yang Vokal

Sebagai anggota Komisi I DPR-RI, Enggartiasto Lukita kerap mengkritik pemerintah pemerintah yang dipandangnya tidak merugikan rakyat banyak. Salah satunya soal kegemaran berutang khususnya utang luar negeri yang dilakukan pemerintah Indonesia. Pemerintah, menurut Enggar, kerap menggunakan penghalusan bahasa atau eufemisme untuk menyebut utang dari pihak asing.
Bagi Enggar, apapun  istilah yang dipakai, baik itu  Kredit Eksport  (KE)  atau  Pinjaman Luar Negeri (PLN), tetap aja namanya utang dari pihak asing. “Namun, itu tetap saja judulnya pinjam dana asing,” tegas Enggartiasto dalam rapat gabungan antara Menhan, Menkeu, dan Panglima TNI soal pembiayaan modernisasi alutsista TNI di Komisi I DPR, Senin (30/1/2012).

Seperti dilansir Lomboknews.com, Pemerintah saat ini, telah mengalokasikan pembiayaan modernisasi alutsista TNI hingga 2014 dari sumber pendanaan PLN sebesar 6,5 miliar dolar AS.

Dalam rapat itu, Enggar mempertanyakan soal  pembiayaan modernisasi alutsista TNI yang   dilakukan lewat pinjaman dalam negeri (PDN) saja. Karena sesungguhnya banyak sumber pendanaan PDN yang bisa dimaksimalkan. Sehingga selain menekan ketergantungan dari dana asing, ini juga menjadi tekad kuat bagi kemandirian bangsa ini.

Enggar menegaskan, sejak zaman dulu, ketika Bank Mandiri saat dipimpin Agus Martowardojo, telah menawarkan untuk pinjaman PDN untuk keperluan produksi alutsista bagi BUMN. Ia menyesalkan bahwa kenapa hal itu tak ke arah sana saja.

“Sekarang kan Agus Martowardojo  sudah jadi Menteri Keuangan, sebenarnya gampang arahinnya. Maka dengan demikian kita tidak lagiselalu bergantung pada dana asing untuk melakukan modernisasi alutsista bagi TNI ini,” tuturnya.

Pemerintah, jelas Ketua Umum IKA UPI ini,  harus terus menerus menekan ketergantungan pinjaman dana dari luar negeri, untuk berbagai keperluan pembangunan dalam negeri, termasuk soal modernisasi alutsista TNI ini. Terlebih selama ini Presiden sendiri yang menyatakan demikian.

“Sehingga itu jangan lagi sekadar janji dan statement saja. Tetapi harus diwujudkan dalam komitmen yang nyata. Karena semakin kita ketergantungan dana asing, membuat kita kian tidak berdaya atas peranan asing dalam urusan dalam negeri kita ini,” tegasnya.

 

Pengalaman Kerja dan Organisasi

Sebagai pengusaha, Enggartiasto pernah menjabat  Komisaris Utama PT Unicora Agung, Dirut PT Kartika Karisma Indah, Dirut PT Kemang Pratama, Dirut PT Bangun Tjipta Pratama  dan Direktur PT Supradinakarya Multijaya (1994-2004).

Anggota DPR/MPR RI (1997-1999) ini juga banyak malang-melintang di dunia organisasi, baik organisasi profesi, kepemudaan maupun sosial-politik. Di antaranya ia pernah Ketua Departemen REI (1986-1989), Wakil Bendahara Umum DPP AMPI (1990-1995), Wakil Ketua BPD Hipmi Jakarta (1988-1993), anggota Dewan Kehormatan BPP Hipmi (1990-1995); Ketua Umum REI (1992-1995);, Wakil Ketua FIABCI (1992-1995), anggota Dewan Penasihat Golkar (1992-1997), Anggota Dewan Penasihat Ukrida (1994-1998), anggota Dewan Riset Nasional (1994-1999), anggota Yayasan PPM (1995).

Selain itu, ia pernah menjadi Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi REI (1995-1998), Ketua Bidang Khusus Percasi (1996-1998), Ketua Kehormatan REI (1996), Ketua PPK Kosgoro (1995-2000), Wakil Bendahara Umum DPP Golkar (1998-2004); Ketua IKA UPI (2000-2004), BAPPILU Pusat Partai Golkar (2003) dan terakhir sebagai Ketua Umum IKA UPI (2011-2016). (FZF & NJB)   *Dari berbagai sumber.

Related posts