JABARTODAY.COM – GARUT
Dengan sorot mata tajam, H Kurnia menatap dua sosok yang duduk di hadapannya, Aceng HM Fikri dan Dicky Chandra. “Ada apa sebenarnya dengan kalian?” tanya Kurnia, salah seorang pengusaha sukses di Garut itu.
Tak ada jawaban, baik dari Aceng maupun Dicky, Bupati dan Wakil Bupati Garut periode 2009-2014 tersebut. Sesekali mereka tersenyum. Tapi, tiap didesak salah seorang penyandang dana utama saat berjuang dalam Pilkada Garut 2009 itu, keduanya kompak menjawab bahwa tidak ada apa-apa di antara mereka. Bahwa hubungan mereka baik-baik saja.
Enam jam lamanya pertemuan di kediaman Kurnia di Tarogong Kidul, Garut, beberapa bulan lalu itu berlangsung. Tapi, tetap saja Kurnia yang oleh Aceng dan Dicky sudah dianggap orang tua sendiri itu gagal mendapat jawaban pasti penyebab munculnya friksi di antara keduanya yang sudah cukup lama didengarnya.
“Yang saya dengar, mereka seperti suami-istri yang sering cekcok. Sebelum mereka menjabat, saya sebenarnya sudah menasihati keduanya (agar menghormati satu sama lain),” kata Kurnia kepada Radar Tasikmalaya sebagaimana dilansir dalam website resmi koran tersebut.
Percekcokan seperti yang didengar Kurnia itulah yang akhirnya mendorong Dicky –mantan model, aktor, dan penyanyi yang cukup terkenal di jagat hiburan tanah air era 1990-an– memilih mengajukan pengunduran diri dari jabatan yang direbutnya bersama Aceng via jalur independen itu. Melalui perantara ajudannya, suami Rani Permata tersebut menyerahkan surat pengunduran diri kepada Ketua DPRD Garut, Ahmad Badjuri, pada Senin lalu (5/9).
Alasan yang dikemukakan pria bernama lengkap Dicky Candranegara, kelahiran Tasikmalaya 37 tahun silam itu, dalam suratnya adalah tidak adanya sinergitas antara dirinya dan Bupati Aceng. “Kalau bicara tidak sejalan, bisa jadi. Artinya, tidak sejalan itu kan tidak selalu berarti salah satunya buruk atau salah satunya salah. Bisa jadi, dua-duanya benar, tapi tidak cocok,” ujar Dicky seusai bertemu Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan di Gedung Pakuan, Bandung, Rabu (7/9) lalu.
Lewat pernyataannya di Bandung itu, sangat terkesan pria yang pernah menelurkan satu album dan membintangi sinetron Lorong Waktu 1-2 itu, sangat berhati-hati agar tidak menyinggung Aceng.
Begitu pula dengan Aceng. Dia berusaha keras meredam anggapan adanya konflik antara dirinya dan Dicky. “Bahwa dalam surat (pengunduran diri) wakil bupati menulis tentang tak adanya sinergitas, jangan lantas diasumsikan adanya konflik antara saya dan wakil bupati,” tegasnya seusai rapat Muspida Garut pada Rabu malam lalu.
Tapi, seberapa keras keduanya menepis, aroma konflik itu kadung kuat tercium. KH Cecep Abdul Halim LC, ketua Pondok Pesantren Al Musadaddiyah Tarogong Kidul, misalnya, mengaku sangat tahu permasalahan sebenarnya antara Aceng dan Dicky. Namun, dia menolak membeberkan dengan alasan tidak etis.
Banyak yang percaya, Dicky dan Aceng berbeda prinsip dalam banyak hal. Sejumlah sumber di lingkungan Pemkab Garut mengungkapkan, Dicky yang dulu kerap tampil di berbagai acara komedi di televisi itu, merasa ditelikung Aceng alias tak diajak bicara, terutama dalam pengambilan kebijakan.
Misalnya, dalam perkara pembinaan SKPD (satuan kerja perangkat daerah) Pemkab Garut. Tahun lalu, keduanya sejatinya bersepakat untuk berbagi peran. Namun, dalam realisasinya, Aceng kerap memaksakan kehendak tanpa persetujuan Dicky.
Agus Sugandhi, ketua Dewan Etik Garut Government Watch, memberikan contoh persoalan Kepala Dinas Bina Marga Garut Atang Subarzah yang tersangkut perkara hukum. “Bupati Aceng menentukan Atang Subarzah tetap menjabat, tapi wakil bupati tidak setuju,” ujarnya sebagaimana dikutip Okezone.com.
Begitu juga dengan masalah di Dinas Pendidikan wilayah yang dikenal sebagai penghasil penganan ringan dodol itu. “Wabup tidak setuju bila H Mahmud menjadi pelaksana tugas (Plt) Kadisdik Garut dengan alasan masih ada pejabat lain di dinas itu yang lebih pantas dan senior. Tapi, tetap saja bupati seolah memaksakan kehendaknya,” ujar Agus.
Masuknya Aceng ke salah satu partai politik, lanjut dia, juga kian meruncingkan hubungan keduanya. Sebab, dulu keduanya memenangi pilkada tanpa bantuan partai. “Mungkin wakil bupati merasa seperti dikhianati. Sebab, kita tahu bersama, yang mendulang suara rakyat paling besar dalam Pilkada Garut 2009 lalu adalah karena keartisan Dicky Chandra. Mungkin Dicky merasa kecewa karena hal itu,” ungkapnya.
Benarkah demikian? Istri Dicky yang dulu juga aktif di dunia hiburan, Rani Permata, menyatakan tak tahu persis alasan suaminya mengundurkan diri. Namun, dia membenarkan kegalauan suaminya karena ketidakharmonisan hubungan dengan Aceng.
“Sebagai istri, saya hanya bisa mendukung dan mendoakan segala keputusan yang diambil beliau (Dicky) untuk mundur. Saya sangat sedih atas keputusan ini, karena kami sudah sangat dekat dengan masyarakat Garut,” ujar Rani lantas menitikkan air mata pada Rabu lalu.
Kedekatan Dicky dengan warga Garut itu memang diakui banyak pihak. Dengan gaya yang humoris dan egaliter, dia cepat akrab dengan berbagai kalangan. Memanfaatkan koneksinya yang luas, pria yang pernah berakting dalam sinetron Arjuna Mencari Cinta dan Titip Cinta buat Ayah tersebut juga dianggap sangat berjasa mempromosikan pariwisata Garut, kota berhawa sejuk yang dikelilingi gunung itu.
“Selama ini, Wabup memang rajin mempromosikan wisata. Hasilnya dapat kita lihat sendiri, saat ini ada peningkatan kunjungan wisata,” jelas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut Yati Rochayati kepada Radar Tasikmalaya.
Karena itu pula, meski banyak yang memuji keberanian Dicky untuk mundur, tak sedikit pihak di Garut yang justru menyesalkan pengunduran diri pria yang mengawali karir di dunia hiburan sebagai model tersebut. Termasuk, Bupati Aceng dan jajaran Muspida Garut. Bahkan, Aceng menyatakan sudah menemui langsung Dicky di rumah dinasnya pada Rabu malam.
“Kami bicara enjoy. Sama sekali tak ada masalah. Dalam pembicaraan waktu itu, Pak Wakil Bupati, sinyalnya, akan mengurungkan pengunduran dirinya,” kata Aceng.
DPRD Garut pun baru berencana memanggil Dicky untuk meminta penjelasan. Yang jelas, di Indonesia, belum ada preseden seorang wakil bupati mundur karena tidak cocok dengan bupati.
Wakil Wali Kota Surabaya, Bambang DH memang juga pernah mengajukan pengunduran diri. Tapi, alasan resmi yang dikemukakan bukan karena ketidakharmonisan dengan Wali Kota Tri Rismaharini. Namun, rencana Bambang itu akhirnya kandas setelah ditolak partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Sumber: www.radarcirebon.com