“Di Atas Rata-Rata” Ajang Anak Unjuk Kemampuan

Seorang peserta audisi "Di Atas Rata-Rata" menunjukkan kemampuannya di depan para juri dalam audisi di salah satu sekolah musik di Bandung, Sabtu (17/5). Ajang ini diprakarsai Erwin Gutawa dan anaknya Gita Gutawa untuk memberikan ruang bagi penyanyi anak-anak. (JABARTODAY/AVILA DWIPUTRA)
Seorang peserta audisi “Di Atas Rata-Rata” menunjukkan kemampuannya di depan para juri dalam audisi di salah satu sekolah musik di Bandung, Sabtu (17/5). Ajang ini diprakarsai Erwin Gutawa dan anaknya Gita Gutawa untuk memberikan ruang bagi penyanyi anak-anak. (JABARTODAY/AVILA DWIPUTRA)

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Demi mencari bakat-bakat yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dan dapat bersaing di tingkat dunia, musisi Erwin Gutawa dan anak gadisnya yang manis, Gita Gutawa, mengadakan kontes pencarian bakat yang dinamakan “Di Atas Rata-Rata” dan diikuti anak-anak berusia 9-12 tahun.

Audisi diadakan di dua kota, yakni Bandung dan Jakarta. Bandung kebagian menjadi tuan rumah dan para peserta cukup antusias mengikuti audisi yang langsung disaksikan sang musisi. Meski begitu, audisi tidak dibuka luas layaknya ajang pencarian bakat lainnya. Jadi, para peserta yang mengikuti adalah hasil rekomendasi dari para guru vokal di sekolah musik. Untuk hal ini, Erwin memiliki jawabannya. “Kalau berdasarkan rekomendasi, kita akan mendapat peserta audisi yang belajar nyanyi, bahkan sudah bisa bernyanyi. Sehingga audisi berjalan menyenangkan,” jelas Erwin, di sela audisi, Sabtu (17/5/2014).

Erwin dan Gita ingin memberikan ruang kepada anak-anak untuk berkecimpung di industri musik. Erwin sendiri tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya melihat bakat-bakat peserta yang mengikuti audisi. Ia memuji banyak anak-anak yang sudah memiliki passion dalam bidang musik, bahkan meliputi berbagai genre, termasuk blues. “Mayoritas memang pop. Tapi banyak juga yang menyenangi jazz, juga blues,” tukas mantan pemain bas tersebut.

Keinginan Erwin juga Gita, tidak lain agar anak-anak Indonesia dapat bersaing di tingkat dunia. Karena, saat ini, bila kompetisi atau ajang musik tingkat dunia mencari penyanyi anak/remaja di Asia, selalu dari Filipina atau Jepang. “Kita ingin menunjukkan pada dunia musik internasional, kalau di Indonesia juga ada penyanyi anak-anak yang berkualitas dan bagus. Kalau sekarang kan masih nyarinya di Filipina,” tutur Erwin.

Ajang ini sendiri adalah yang kedua setelah tahun 2012 lalu. Alasan diadakannya dua tahun sekali adalah agar peserta yang pernah mengikuti audisi namun belum lolos, dapat ikut kembali dan lebih matang dalam musikalitas.

Saat disinggung lulusan generasi pertama yang kurang terdengar kabarnya, musisi yang pernah mengadakan Rockestra ini memiliki jawabannya. Menurutnya, remaja, apalagi anak-anak, belum memiliki tempat di industri musik nasional. Namun, sahut Erwin, yang penting anak-anak tersebut ke depannya memiliki pengalaman di bidang musik yang dapat diterapkan saat dewasa, bila mereka tetap berkiprah di bidang musik. “Yang penting mereka mengetahui seperti apa industri musik, dari recording (rekaman), juga hal lainnya,” tandas pria berkacamata itu. (VIL)

Related posts