Sampai saat ini, masalah ketenagakerjaan masih menjadi masalah perekonomian. Pasalnya, jumlah kesempatan kerja yang tersedia belum sebanding dengan angkatan kerja. Akibatnya, tingkat pengangguran pun cukup tinggi.
Bahkan, dalam kurun waktu satu tahun terakhir, yaitu periode Februari 2013-Februari 2014, jumlah pengangguran di Jawa Barat mengalami kenaikan. “Kenaikannya 9.948 orang,” ujar Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik Jabar, Dyah Anugrah Kuswardani, di Kantor BPS Jabar, belum lama ini.
Dyah menuturkan, pada Februari 2013, jumlah penganggur di Tatar Pasundan mencapai 1.833.643 orang. Satu tahun berikutnya, sambung Dyah, jumlahnya naik menjadi 1.843.591 orang.
Dikatakan, saat ini, penduduk Jabar yang berstatus buruh atau karyawan mendominasi tenaga kerja. Jumlahnya, sebut Dyah, sebanyak 8,53 juta orang atau sebanyak 43,9 persen. Komposisi berikutnya, lanjut Dyah, diisi oleh penduduk yang berstatus wirausaha sebesar 3,39 juta orang atau 17,3 persen. Sementara kalangan yang berusaha dan dibantu pekerja atau buruh tidak tetap, sebanyak 2,29 juta orang atau 11,77 persen.
Mengenai pekerja sektor formal, Dyah menuturkan, di Jabar, jumlahnya sebanyak 9.168.658 orang. “Sedangkan pekerja non-formal, berjumlah lebih banyak, yaitu 10.275.125 orang,” tambah Dyah.
Menurutnya, latar pendidikan para pekerja di Jabar, yang terbanyak adalah yang hanya maksimal sebagai lulusan Sekolah Dasar (SD). Pekerja itu sebanyak 47,68 persen. Sebaliknya, para pekerja yang merupakan lulusan diploma dan perguruan tinggi jauh lebih kecil, yakni, hanya 8,61 persen. (ADR)