MASIH dalam kaitan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-84, Pemkab Bandung kembali menampilkan berbagai pertunjukan seni tradisional hasil kreasi para pemuda. Pertunjukan yang dipusatkan di Lapang Upakarti-Soreang, Jum’at (9/11) tersebut menampilkan aneka seni tradisional seperti sisingaan, kuda renggong, angklung buncis, seni terbang hingga seni debus.
Selain pertunjukan seni, masih ditempat yang sama dilangsungkan pula pameran makanan dan kerajinan hasil karya para pengusaha UKM (Usaha Kecil Menengah). Tak ketinggalan minuman kopi luwak produksi pengusaha muda asal Kabupaten Bandung tampil pada acara tersebut.
Sementara untuk memperkenalkan produksi tekstil dan perancang muda, Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) Kab. Bandung dalam kegiatan tersebut menyelenggarakan pula fashion show yang dibawakan sejumlah model.
“Mudah-mudahan dengan adanya kegiatan ini, talenta anak-anak muda Kabupaten Bandung baik yang bergerak dalam bidang seni maupun fashion bisa lebih berkembang,” kata Kepala Dispopar Kab. Bandung Drs. H. Akhmad Djohara, M.Si.
Seni tradisional menurut Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH, S.Ip mesti terus dikembangkan sebagai warisan budaya bangsa. Karena menurutnya, maju mundurnya sebuah bangsa akan terlihat dari keluhuran budayanya.
“Saya sangat mendukung dengan adanya kegiatan pentas seni seperti ini” ujarnya.
Untuk itu, ia meminta kepada Dispopar untuk menyelenggarakan pentas seni tradisional secara kolosal. Hal ini dimaksudkan, agar generasi muda akan lebih mengenal kesenian tradisional.
“Bila perlu, pentas seni seperti ini berkolaborasi dengan jenis kesenian lain yang selama ini banyak digemari oleh kaum muda dan remaja” harapnya.
Pentas seni tradisional yang tampil dihadapan sekitar 2.500 pengunjung tersebut, diawali dengan arak-arakan sisingaan dan angklung buncis. Seraya mengusung Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, para pemain sisingaan nampak sangat terampil memperagakan gerakan pencak silat.
Decak kagum ribuan pengunjung, kembali terulang saat seni debus tampil dengan berbagai atraksinya. Kendati demikian, ada sejumlah pengunjung yang merasa ngeri melihat pertunjukan tersebut. Betapa tidak, ketika seorang pendekar tampil dengan memperlihatkan kekuatan kepalanya menghancurkan beberapa buah bata merah.
Sementara pendekar lainnya, beraksi dengan menusukan sebilah kawat tajam kedalam tenggorokannya, tanpa mengeluarkan darah setetespun. Pentas seni tradisional, diakhiri dengan pagelaran wayang golek semalam suntuk dengan dalang Dadan Sunandar Sunarya. (HMS)