Curi 19 Batang Besi, Yayat Digebuki Hingga Tewas

Pencurian (ILUSTRASI)

JABARTODAY.COM – BANDUNG

 

Jajaran Kepolisian Sektor Panyileukan mengamankan enam orang yang diduga sebagai pelaku pengeroyokan yang mengakibatkan meninggalnya Yayat alias Bayi (25), yang tertangkap tangan mencuri 19 batas besi milik PT Tanrise, Rabu (3/10). Korban merupakan warga Cipadung Kulon dengan ciri-ciri berkulit legam dan memiliki tinggi sekitar 165 cm, meninggal setelah mengalami luka yang cukup parah di bagian kepala.

 

“Diduga kuat karena benda tumpul. Ada luka lebam di wajah, dada, dan punggung,” jelasnya saat ditemui di Mapolsek Panyileukan.

 

Lebih lanjut Mulyadi menjelaskan, Rabu (3/10) dini hari pukul 00.30 WIB, korban bersama tiga temannya tertangkap tangan mencuri 19 batang besi berukuran 12 meter milik PT Tanrise, Jalan AH Nasution, Kelurahan Cipadung Wetan, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung. Mereka tertangkap tangan oleh pekerja dan diteriaki “maling”. Karena panik, para pencuri langsung kabur. Toga orang berhasil melarikan diri, dan tersisa korban yang melakukan perlawanan.

 

Karena kalah jumlah, akhirnya korban menjadi bulan-bulanan para pekerja dan meninggal di tempat setelah dihantam di bagian kepala dengan benda tumpul. Korban diduga mengalami gegar otak, serta luka lebam di muka, dada, serta tangan.

 

“Setelah mendapat laporan dari warga, kami langsung ke lokasi kejadian dan melakukan olah TKP (Tempat Kejadian Perkara). Di sana didapati barang bukti berupa satu buah balok kayu dan batu dengan bercak darah, serta besi yang akan dicuri,” paparnya.

 

Diungkapkan Mulyadi, pihaknya belum menentukan tersangka, akan tetapi sudah menerima dan melakukan penyelidikan kepada enam orang pekerja, yang diduga terlibat dalam pengeroyokan tersebut. “Keenam orang tersebut adalah MU (29), MSA (22), MHS (25), IG(21), AY (23) dan AR (20), yang semua merupakan pekerja bangunan di PT Tanrise,” katanya.

 

Dari pengakuannya, keenam orang tersebut mengaku kesal karena sering terjadi pencurian di PT Tanrise, yang membuat para pekerja menjadi “tumbal” kemarahan atasan. “Mereka mengaku kesal karena sering dimarahi oleh bosnya,” paparnya. (AVILA DWIPUTRA)

Related posts