
JABARTODAY.COM – BANDUNG — Sekitar 3 tahun silam atau 2015, Bandung mendeklarasikan predikatnya sebagai Kota Pendidikan Inklusi. Akan tetapi, faktanya, sejauh ini, predikat itu belum terbukti 100 persen. Pasalnya, sejumlah pemerhati pendidikan inklusi menilai penanganan pendidikan inklusi di Kota Kembang belum serius.
“Ini terlihat pada masih banyaknya kendala yang dialami para peserta didik pendidikan inklusi,” tandas Peneliti Pendidikan Inklusi Kota Bandung Neneng Masriah dalam sebuah diskusi di Jalan Tamblong Bandung.
Menurutnya, sejauh ini, di Kota Bandung, sampai kini, masih banyak permasalahan pendidikan unklusi. Di antaranya, sebut Neneng, berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM), sarana sekolah yang masih terbatas. Ini berakibat, lanjut dia, tidak sedikit anak berkebutuhan khusus yang sudah masuk sekolah negeri malah tak mendapatkan haknya. Permasalahan terjadi, kata Neneng, ketika anak berkeinginan khusus di dalam kelas. Selain itu, ucapnya, tidak sedikit pula guru yang kurang memahami kebutuhan peserta didik konklusi ditambah sarana dan prasarana yang minim.
Karenanya, tambah dia, perlu adanya peningkatan sosialisasi dan edukasi masif bagi pihak-pihak berkeinginan khusus. Tidak itu saja, imbuhnya, perlu adanya langkah serius memperkuat predikat Bandung sebagai kota pendidikan inklusi.
“Caranya antara lain, membangun sinergi semua instansi agar lebih memahami konsep pendidikan inklusi. Termasuk memperkuat SDM dan sarana penumjangnya. Juga perlu adanya sinergi antarlembaga pemerintahan,” urainya.
Kandidat Wakil Walikota Bandung 2018-2023, Chaerul Yaqin Hidayat, berpendapat tentang pendidikan inklusi. Kang Rully, sapaan akrabnya, berpandangan, idealnya, kepemimpinan dan pemerintah periode berikutnya harus memperbaiki sekaligus menyempurnaakan segala sesuatu berkenaan dengan pendidikan inklusi. (win)