JABARTODAY.COM – BANDUNG — Di antara beberapa sektor ekonomi, pariwisata menjadi salah satu yang mebjadi prioritas pemerintah. Itu karena Indonesia memiliki destinasi wisata yang luar biasa, mulai ujung Sumatera hingga Papua. Karenanya, pemerintah mencanangkan angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 20 juta orang pada 2019.
Tidak mudah untuk merealisasikannya. Butuh sejumlah upaya, di antaranya, ketersediaan tenaga kerja, baik yang bersifat langsung, tidak langsung, maupun tenaga kerja yang terdampak.
“Totalnya, tahun ini, Indonesia butuh 12,4 juta tenaga kerja, yang terbagi 3, yaitu tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan terdampak,” tandas Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwistaan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Prof Ahman Sya, pada Dies Natalies Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung “Wonderful People for Wonderful Indonesia” di Kampus STP, Jalan Setiabudhi Bandung, akhir pekan kemarin. Ahman meneruskan, untuk tenaga kerja langsung, Indonesia membutuhkan sekitar 2,5 juta orang yang tersertifikasi.
Diutarakan, pihaknya berkeinginan ke-2,5 juta tenaga itu memiliki sertifikat standar ASEAN. Menurutnya, pada era globalisasi, termasuk ASEAN Economic Community (AEC), yang otomatis membuat persaingan kian ketat, tenaga kerja sertifikasi begitu dibutuhkan. Itu karena, jelasnya, sertifikasi dapat meningkatkan daya saing.
Anang Sutiono, Ketua STP Bandung, mengakui bahwa kebutuhan tenaga kerja pariwisata cukup besar. Dia menambahkan, lulusan perguruan tinggi dapat menjadi opsi pemenuhan kebutuhan tenaga kerja langsung. Ada pun sektornya, jelas dia, yaitu perhotelan, perjalanan wisata, termasuk dunia Meeting-Incentive-Convention-Exhibition (MICE).
Berkenaan dengan STP, Anang menyuarakan, setiap tahun, pihaknya melahirkan 700 orang lulusan baru. Sekitar 50 persen di antaranya, beber Anang, terserap oleh sejumlah bidang. Antara lain, sahutnya, hospitality industry. Lainnya, tambah dia, terserap oleh MICE, travel, dan event. (win)