Banjir Lumpuhkan Aktivitas Perbankan di Pantura

Anak-anak bermain di daerah yang terkena banjir di Teluk Jambe Barat, Karawang. (DOK: JABARTODAY)
Anak-anak bermain di daerah yang terkena banjir di Teluk Jambe Barat, Karawang. (DOK: JABARTODAY)

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Tingginya curah hujan selama beberapa pekan terakhir menyebabkan sejumlah titik di Jawa Barat diterjang banjir bandang. Satu diantara daerah yang tergolong terparah akibat terjangan banjir bandang, yaitu kawasan Pantai Utara (Pantura).
 
Efek banjir itu tergolong negatif bagi industri perbankan. Pasalnya, banjir di Pantura, khususnya, wilayah Pamanukan, Kabupaten Subang, melumpuhkan aktivitas perbankan. Di Pamanukan, terdapat 16 unit lembaga perbankan. Itu, terdiri atas 12 unit perbankan umum dan sisanya berupa BPR.
 
“Mayoritas perbankan, termasuk BPR (Bank Perkreditan Rakyat) di Pamanukan tidak dapat beroperasi sebagai efek banjir yang melanda daerah tersebut sejak Minggu (20/1/2014),” ujar Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah VI Jabar-Banten, Dian Ediana Rae, dalam rilisnya, Kamis (23/1/2014).
 
Dian menjelaskan, sebagian perbankan di Pamanukan masih tergenang. Akan tetapi, lanjutnya, ada pula yang genangan banjirnya surut. Meski surut, tambah Dian, ada perbankan yang belum beroperasi karena terkendala jaringan listrik.
 
Menurutnya, bukan perkara mudah untuk kembali beroperasi. Lembaga-lembara perbankan tersebut tidak hanya perlu melakukan normalisasi, tetapi juga perbaikan jaringan. Salah satunya adalah, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), yang belum juga dapat beroperasi.
 
Efek lainnya, imbuh Dian, dalam hal kredit. Kemungkinan besar, kata Dian, pengembalian kredit para debitur juga terkendala. Pasalnya, seru Dian, banyak sawah petani, tempat usaha masyarakat yang rusak terkena banjir.
 
President Regional Corporate Officer PT Bank Danamon Indonesia Jabar Arief Setyahadi mengakui, bahwa banjir membuat akitivitas perbankan yang dipimpinnya itu di wilayah Pamanukan menjadi lumpuh. Di Pamanukan, kata Arief, pihaknya memiliki 2 kantor jaringan dan 2 unit Anjungan Tunai Mandiri (ATM). “Kantor-kantor dan ATM-ATM tidak dapat beroperasi. Kedua kantor terendam banjir yang ketinggiannya sekitar 80 sentimeter atau setinggi dada orang dewasa,” imbuh Arief.
 
Tentunya, kondisi itu membuat perbankan-perbankan mengalami kerugian yang tidak sedikit. Diperkirakan, nilai kerugian, untuk sarana infrastruktur saja, dapat mencapai puluhan miliaran rupiah. Angka itu, belum termasuk transaksi perbankan dan jasa keuangan lainnya. Namun, sejauh ini, diutarakan Arief, pihaknya belum dapat memperkirakan berapa nilai kerugiannya. (VIL)

Related posts