JABARTODAY.COM – BANDUNG
Ada yang hilang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Itulah kejujuran. Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mencontohkan hilangnya kejujuran pada sejumlah bangunan fisik di Kota Kembang. Berbicara di hadapan sekitar 300 budayawan dan warga perguruan bela diri di Gedung Pakuan pada Minggu (22/7) sore menjelang buka puasa, Heryawan menilai ada kejujuran yang melekat pada sejumlah bangunan peninggalan pemerintah kolonial Belanda.
“Gedung Pakuan ini merupakan simbol kejujuran. Sejak dibangun pada 1864 silam, lebih dari satu abad, tetap berdiri kokoh. Kuat tanpa kerusakan berarti,” kata Heryawan yang sore itu tampil dengan pakaian kampret plus ikat kepala.
Heryawan lalu membandingkan dengan sejumlah bangunan yang dibangun sejak Indonesia merdeka. Dalam banyak kasus, imbuh Heryawan, usia fisik bangunan relatif lebih singkat, bahkan sangat singkat. Tidak jarang bangunan sudah ambruk dalam waktu 10 tahun atau bahkan kurang.
“Pembangunan fisik kita sekarang ini melalui tender. Pemenangnya sudah empat kali naik haji, belum lagi tiap dapat proyek melakukan umrah. Eh, 10 tahun kemudian gedungnya ambruk. Bandingkan dengan Gedung Pakuan atau gedung peninggalan Belanda lainnya. Padahal kalau kita bicara latar belakang, orang Belanda pasti teu syahadat-suahadat acan,” imbuh Heryawan dalam bahasa Sunda.
Heryawan mencontohkan bentuk ketidakjujuran menyangkut komposisi bahan bangunan. Bila rasio ideal semen dengan pasir 1:3, bukan tidak mungkin demi keuntungan sepihak menjadi 1:6. Begitu pula dengan penggunaan besi beton yang menggunakan diameter lebih kecil dari yang seharusnya. Ketidakjujuran inilah yang menurutnya menjadikan bangunan lebih cepat ambruk.
Salah seorang pendiri Partai Keadilan atau sekarang menjadi Partai Keadilan Sekahtera (PKS) ini lantas menyitir sebuah perintah agama tentang pentingnya nilai-nilai kejujuran bagi umat Islam. “Maraneh kabeh kudu jujur, sabab jujur nungtun kana jalan kahadean. Ari kahadean nungtun ka surga (Kalian semua harus jujur, karena kejujuran menuntun pada kebaikan. Dan, kebaikan menuntun jalan ke surga),” ungkap Heryawan yang menerjemahkan pesan tersebut dari bahasa Arab ke dalam bahasa Sunda.
Sejalan dengan itu, gubernur yang di kalangan dekatnya kerap disapa Ustad ini melanjutkan pesan untuk menghindari ketidakjujuran. Ketidakjujuran harus dihindari karena akan mendekatkan manusia pada keburukan. Dan, keburukan akan mendekatkan diri pada api neraka.
Di sisi lain, Heryawan mengajak para budayawan dan seniman yang sore itu berbuka bersama di Gedung Pakuan untuk senantiasa membangun silaturahim. Silaturahim, terang Heryawan, memberikan dua manfaat: menambah rejeki dan umur. Rejeki dalam konteks luas tidak semata-mata harta atau uang, melainkan juga kesehatan, keluarga yang baik, tetangga yang baik, dan lain-lain.(NJP)