Aim: Prof Nu’man, Pelopor & Pembaharu LPTK

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd, anggota Tim Promotor Penganugerahan Gelar Kehormatan (Honoris Causa) Prof. Nu'man Somantri (JABARTODAY.COM-FAHRUS ZAMAN FADHLY)

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Penganugerahan gelar kehormatan doktor honoris causa dari  Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) terhadap Prof. Nu’man Somantri amat  layak diberikan kepada mantan rektor IKIP Bandung dua periode itu.

“Prof Nu’man amat berjasa dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya dalam pengembangan social studies dan civics education sebagai disiplin ilmu di Indonesia,”  ungkap Prof. Aim Abdulkarim, anggota Tim Promotor Penganugerahan Gelar Kehormatan (Honoris Causa) Prof. Nu’man Somantri, ditemui usai prosesi pemberian gelar doktor honoris causa itu di Balai  Pertemuan UPI, Bandung, Kamis (20/11).

Selain itu, ungkap Aim, Prof Nu’man adalah pelopor dan pembaharu Lembaga Pendidikan dan Tenaga Keguruan (LPTK). Pembaharuan itu dilakukan baik dari sudut filosofis, isi, maupun dalam inovasi pembelajaran.

“Pak Nu’man lah yang sejak awal menginisiasi  inovasi pengembangan kurikulum  di LPTK yang kemudian diadopsi oleh LPTK-LPTK seluruh Indonesia sampai saat ini”.

Prof Nu’man, Figur Pemimpin Nasionalis Religius

Saat Prof Nu’man menjadi rektor IKIP Bandung, jelas Aim, dirinya menjadi Ketua Senat FPIPS (1983-1985) sehingga mengetahui betul pola kepemimpinan  beliau yang  nasionalis, kharismatik, religius dan mengakar.

“Beliau seorang figur pemimpin yang kharismatik, memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme yang amat tinggi. Kami para aktifis mahasiswa kala itu  banyak belajar banyak dari keteladanan beliau,” kenang Aim.

Aim menjelaskan, Prof Nu’man juga sosok yang multidimensional, selain ilmuwan yang punya jangkauan visi jauh ke depan, beliau juga dikenal sebagai pemimpin yang religius.

“Sebagai contoh kongkrit, ditiadakannya program perkuliahan  pada jam 12.00 sampai 13.00 WIB adalah buah gagasan beliau. Ini dilakukan, untuk memadukan kampus ilmiah, edukatif dan religious. Saat jadi rektor dua periode, Pak Nu’man sore hari sering keliling ke kos-kosan, melihat secara langsung apa aktifitas mahasiswa IKIP Bandung waktu itu. Selain memantau ke kos-kosan, beliau juga kerap mengunjungi asrama mahasiswa,” ujarnya.

Hal yang belum terungkap juga, jelas Aim,  Prof Nu’man  adalah beliau sosok pimpinan perguruan tinggi yang mengakar, terbuka, dan inklusif.

“Para dosen atau mahasiswa yang berasal dari beragam aliran ideologi dirangkul untuk secara bersama-sama membesarkan IKIP Bandung kala itu. Sosok seperti Prof. Nu’man inilah yang tidak ada pada pimpinan UPI saat ini.  Beliau juga juga dikenal sosok pemimpin yang objektif, tegas, berwibawa dan teguh pendirian,” tutur Aim. (Fahrus Zaman Fadhly)

 

Related posts