Dana Revitalisasi 4 Keraton Cirebon Capai Rp 70 M

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menunjukkan pedang pusaka peninggalan Sunan Gunung Djati di Keraton Kasepuhan Cirebon, Kamis (26/7). (NAJIP HENDRA SP/JABARTODAY.COM)

 

 

 

JABARTODAY.COM – CIREBON

Bila tak ada aral melintang, tahun depan empat keraton di Cirebon bakal segera revitalisi. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengaku sudah mengajukan dana khusus kepada pemerintah pusat untuk merevitalisasi empat keraton peninggalan Sunan Gunung Djati tersebut. Heryawan memperkirakan kebutuhan dana revitalisasi mencapai Rp 70 miliar.

“Dari pemerintah pusat Rp 40 miliar, ABPD provinsi (Jabar) Rp 20 miliar. Sisanya diharapkan masing-masing Rp 5 miliar dari Kota dan Kabupaten Cirebon,” kata Heryawan saat ditemui di sela kunjungan kerjanya ke Keraton Kanoman dan Keraton Kasepuhan di Kota Cirebon, Kamis (26/7).

Saat ini, Rp 40 miliar yang dianggarkan pemerintah pusat sudah mendapatkan persetujuan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Sementara Rp 20 miliar yang direncanakan bersumber dari APBD Jabar sudah diajukan untuk tahun anggaran 2013 mendatang. Minggu depan, Menko Kesra akan datang ke Keraton Kasepuhan untuk melakukan ekspos rencana revitalisasi tersebut.

Selama ini, imbuh Heryawan, pihaknya mengucurkan biaya khusus untuk pemeliharaan dan pelestarian benda cagar budaya tersebut. Keraton Kasepuhan mendapat kucuran Rp 1 miliar, sementara Keraton Kanoman sebesar Rp 600 juta. Cuma saja, Heryawan tidak merinci jumlah anggaran yang dikucurkan untuk dua keraton lainnya: Keraton Kacirebonan dan Keraton Keprabon.

“Keraton Kasepuhan dan tiga keraton lainnya merupakan warisan budaya yang sangat berharga. Kita berkewajiban untuk melestarikannya,” ujar Gubernur.

Dengan revitalisasi berupa pemugaran dan penataan kembali tersebut, Heryawan berharap keberadaan keraton bisa memberi kontibusi besar bagi pengembangan ekonomi masyarakat. Sebagai barang sejarah, imbuh dia, maka sangat dengan pariwisata. Dengan begitu, revitalisasi bisa mendorong kegiatan pariwisata yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Bila sudah menjadi industri, bukan dalam pengertian pabrik tentunya, maka industri pariwisata ini akan mengundang orang untuk datang ke sini, mendatangkan penghasilan. Tinggal diatur saja ke depannya bagaimana,” tambah mahasiswa program magister manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Heryawan lantas membandingkan pengelolaan aset sejarah yang berhasil di Mesir. Di sana, tiap harinya manusia berduyun-duyun untuk melihat mumi Firaun atau Ramses II. Padahal, tarif yang dipatok pengelola sangat mahal, mencapai Rp 300 ribu hanya untuk melihat mumi berusia ribuan tahun tersebut.(NJP)

Related posts