Ini Kondisi Terkini Industri Tatar Pasundan 

(jabartoday.com/net)

JABARTODAY.COM – BANDUNG — Tingginya beban operasional industri sebagai salah satu dampak terdepresiasinya rupiah beberapa bulan lalu, membuat para pelaku industri Jabar melakukan relokasi ke sejumlah daerah luar tatar Pasundan. Di antaranya, Jateng.

Meski demikian, ternyata, kinerja industri Jabar tetap menunjukkan grafik positif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar menunjukkan, hingga Oktober 2018, kinerja ekspor impor (eksim) Jabar mengalami surplus.

“Hingga Oktober tahun ini, ekspor Jabar mencapai 2,69 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Angka itu lebih besar 5,47 persen daripada bulan sebelumnya (September 2018),” tandas Kepala BPS Jabar Dody Herlando, di BPS Jabar, Jalan PHH Mustopha Bandung.

Dody mengemukakan, ada beberapa hal yang menjadi pendorong bertumbuhnya kinerja ekspor Jabar. Yaitu, ungkapnya,  bertumbuhnya ekspor non-minyak bumi dan gas (migas) sebesar 6,06 persen lebih baik daripada September 2018 atau senilai 2,67 miliar dolar AS. Sayangnya, ujar dia, kenaikan itu tidak diikuti ekspor migas Sementara ekspor migas, yang anjlol 41,44 persen atau menjadi 18,63 juta dolar AS.

Dody melanjutkan, AS masih menjadi primadona pangsa ekspor Jabar. Nilai ekspornya, sebut Dody, 418,22 juta dolar AS. “Lalu, Jepang sebesar 289,07 juta dolar AS,” ungkapnya.

Dody meneruskan, positifnya kinerja ekspor Jabar menunjukkan bahwa relokasi tidak terlalu berdampak pada aktivitas industri Jabar. Dia mengutarakan, mayoritas industri yang relokasi yaitu perusahaan padat karya.

Umpamanya, jelas dia, sektor atau komoditas tekstil dan produk tekstil (TPT). Lain halnya dengan yang bersifat padat modal. “Yang padat modal cenderung tetap berada di Jabar, yang secara georafis, punya kelebihan daripada daerah lain,” kata dia.  (win)

Related posts